Intisari-Online.com -Di perbatasan bagian Jerman Barat paspor kami hanya dilihat oleh seorang pejabat. Lampu dim kiri mati dan ini diberi tahu kepada saya. Saya baru mengetahuinya dan ia mengijinkan kami melanjutkan perjalanan. Kini kami masuk daerah "tidak bertuan" sepanjang beberapa ratus meter dengan perlahan-lahan. Sampailah kami di tempat yang berpalang dan terdapat lampu merah, suatu tanda bahwa harus berhenti di tempat itu.Seorang prajurit penjaga perbatasan Jerman Timur mendatangi kami. Saya mengatakan hendak transit ke Polandia. Kami boleh meneruskan perjalanan ke daerah pos pemeriksaan yang letaknya kira-kira 100 meter lagi. Di sini kami disambut oleh seorang sersan Jerman Timur dan saya katakan tentang maksud kami dan memperlihatkan paspor kami. Secara dengan seksama wajah-wajah kami dicocokkan dengan foto dalam paspor.Langsung saya diharuskan bayar ongkos transit-visa DM 5 seorang. Mobil kami adalah kendaraan satu-satunya yang hendak masuk ke Jerman Timur dan saya diberi dua lembar kartu untuk diisi. Saya kira akan berlangsung cepat karena tidak ada orang lain.Selama menunggu, saya melihat dua mobil yang hendak keluar Jerman Timur, diperiksa secara cermat. Bagasi, pintu, bahkan kap mesin dibuka, penumpang-penumpang harus keluar dan barang-barang diperiksa. Saya lihat dari jauh sebatang besi sepanjang 1 – 1,5 meter ditusuk-tusukkan ke dalam mobil. Bahkan baju dingin seorang penumpang wanita disuruh buka untuk diperiksa! Saat itu suhu 0° C dan berangin.Setelah menunggu 45 menit, datanglah sersan tadi dengan paspor dan visa kami dan memberi keterangan jalan mana yang harus kami lalui untuk pergi ke Polandia. Di peta sudah tercantum jalanan yang disebut "transit". Mereka duga kami akan langsung ke Polandia yang katanya hanya memakan waktu 6 jam.Saya katakan, karena sudah gelap kami hendak bermalam saja di sebuah hotel terdekat, yaitu di desa Selmsdorf di dekat perbataaan. Katanya di kota Wismar-lah yang letaknya lagi 50 km baru ada hotel. Karena hendak menginap maka visa kami harus diubah untuk mendapat ijin tinggal di Jerman Timur (DDR) selama 24 jam.Selama mengubah visa, saya disuruh ke tempat lain, yaitu ke biro perjalanan (pemerintah). Satu-satunya pejabat yang rupanya mendapat giliran jaga, dalam pakaian tidurnya melayani kami. la mengetik selembar surat pengantar resmi dengan nama kami, nomor paspor, menelepon Hotel Wismar (yang 50 km jauhnya) agar menyediakan sebuah kamar untuk kami berdua.Saya diminta membayar DM 81, yaitu ongkos yang harus dihabiskan. Untuk hotel telah dipotong 2 kali DM 22. Sisa uang yang diberikan saya sebesar 36 Mark Jerman Timur, yang katanya dapat digunakan untuk membayar makan malam nanti dan Iain-lain. Lalu kami kembali menunggu visa yang telah diubah. Setelah selesai, mobil boleh berjalan kira-kira 40 meter ke bagian douane.Di sini seorang pejabat melihat paspor kami dan meminta bayar DM 20 untuk tiap mobil yang masuk Jerman Timur. Karena tadinya saya melihat betapa kerasnya pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap mobil yang hendak keluar Jerman Timur, maka saya sudah sedia membuka bagasi. Tapi ia mengatakan tak perlu, hanya minta kap mesin dibuka untuk diperiksa (maksud tindakan ini tadinya tidak saya pahami). Semua pejabat bertindak hormat dan korek. Apa yang mereka lakukan adalah kewajiban mereka.Untuk penyelesaian semua ini kami memerlukan 75 menit, walaupun sebelum dan sesudah kami datang tidak ada kendaraan lain yang masuk DDR (Deutsche Demokratische Republik). Dua kendaraan yang hendak meninggalkan negara itu diurus oleh pejabat-pejabat lain yang berada di seberang lain.Sebelum meninggalkan tempat itu, kami diperingati agar lampu dim yang mati diperbaiki di "Intertank" (Pompa bensin dengan bengkel mobil yang hanya terdapat di kotakota besar) terdekat dikotaWismar.--Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat mengelilingiEropa yang ditulis di Majalah Intisariedisi April 1978dengan judul asli "Pengalaman Bermobil di Beberapa Negara Eropa Timur ".-bersambung-