Intisari-Online.com - Selama ini Pontianak dikenal sebagai kota nol derajat khatulistiwa. Di sini terdapat Tugu Nol Khatulistwa. Pada siang hari, saat Matahari beredar di wilayah khatulistiwa, tugu ini tidak memiliki bayangan ketika sinar Matahari meneranginya.
Namun ada yang terlupakan dari kota ini. Di salah satu bangunan di kota ini, tepatnya Istana Kadriah, lahir lambang negara Republik Indonesia, Garuda Pancasila.
Penggagas lambang Garuda yaitu Sultan Hamid II, keturunan kedelapan Kesultanan Pontianak. Beliau terkenal memiliki karier cemerlang dalam politik. Sultan Hamid merupakan anggota delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.
Pada awal kemerdekaan republik ini, Presiden Soekarno mengangkatnya menjadi menteri negara Republik Indonesia Serikat dengan tugas pertama mengkoordinsikan kegiatan perancangan lambang negara. Namun sayangnya, jasa besar Sultan Hamid II tak terdengar gaungnya.
Istana Kadriah menggabungkan budaya Melayu, Dayak dan Bugis. Istana tersebut menjadi saksi bisu Sultan Hamid menghabiskan masa hidupnya.
Kesultanan Kadriah Pontianak didirikan pada tahun 1771 oleh al-Sayyid Syarif 'Abdurrahman al-Kadrie, keturunan Rasulullah dari Imam Ali ar-Ridha. Ia melakukan dua pernikahan politik di Kalimantan. Pertama dengan putri dari Panembahan Mempawah dan kedua dengan putri Kesultanan Banjarmasin (Ratu Syarif Abdul Rahman, puteri dari Sultan Sepuh Tamjidullah I).
Setelah mereka mendapatkan tempat di Pontianak, kemudian mendirikan Istana Kadariah dan mendapatkan pengesahan sebagai Sultan Pontianak dari Belanda pada tahun 1779.
Jika mampir ke Pontianak tak ada salahnya berkunjung ke Istana Kadriah, tempat lahirnya lambang negara RI. (Berbagai sumber)
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR