HOK Tanzil ke La Paz (3) : Meninggalkan La Paz

Birgitta Ajeng

Editor

HOK Tanzil ke La Paz (3) : Meninggalkan La Paz
HOK Tanzil ke La Paz (3) : Meninggalkan La Paz

Intisari-Online.com - Setelah bangun saya memutuskan untuk membatalkan kediaman kami selama tiga hari diLa Pazdan berusaha meninggalkannya secepatnya karena kesehatan saya pasti akan terganggu. Demikian pula dengan isteri saya.Jam 8 mulai itu dari kamar hotel saya minta disambungkan dengan lapangan udara melalui telpon. Saya tanyakan apakah hari itu ada penerbangan keSantiago, Chili. Ternyata ada sebuah dengan Lufthansa pada jam 24.00!Selesai berkemas kami langsung "check-out" dari hotel setelah membayar 23.-. Lalu kami ke Chifa China yang tak jauh jaraknya dengan menarik sebuah koper kami yang pakai roda. Selesai mengisi perut dititipkanlah koper kami dengan menyatakan akan tetap makan di situ selama masih di La Paz.Pemilik rumah makan, pendatang dari Hong Kong 30 tahun yang lalu, menyetujui maksud kami dan sangat ingin membantu kami. Ditunjukkan letak kantor Lufthansa yang tidak jauh dari situ, yang hari itu ternyata hanya dilayani oleh seorang saja. Di sini tak ada tamu lain, saya minta agar kami dapat tempat pada penerbangan ke Santiago jam 24.00 yang di O.K.-kan. Kami harus "check-in" jam 23.00.Tanggal 16 Juli itu Hari Jadinya Kota La Paz.Kotasedang ramai dengan perayaan. Parade akan melalui Avenida 16 de Julio. Buat kami hal ini kurang menarik, maka kami datangi sebuah biro perjalanan untuk menanyakan adanya "sight-seeing tour". Dijanjikan jam 2 siang akan ada.Sementara itu kami berjalan-jalan di sekitar daerah itu. Selain jalan utama itu, jalan samping agak sempit dan jalanan banyak yang turun naik, yang dapat dikatakan curam. Terlihat banyak orang yang berjalan kaki. Wanita-wanita Indian semuanya bertopi "bolhoed" yang khas. Banyak yang mengangkat barang berat atau menggendong anak di punggungnya. Mereka sudah terbiasa bekerja berat pada ketinggian itu, yang tak mungkin kita lakukan.Setelah makan siang di Chifa China langganan, kami ke biro perjalanan. Tepat jam 2 siang oleh pemilik merangkap guide disewakan sebuah taxi untuk kami berdua saja karena tak ada peminat lain. Mulailah kami diantar kelilingkotasambil diberi keterangan.--Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat pergi ke Lapaz, Boliviayang ditulis di Majalah Intisariedisi Mei 1978dengan judul asli "Ibukota Tertinggi di Dunia, Lapaz, Bolivia".-bersambung-