HOK Tanzil ke La Paz (4) : Sekelumit mengenai La Paz

Birgitta Ajeng

Editor

HOK Tanzil ke La Paz (4) : Sekelumit mengenai La Paz
HOK Tanzil ke La Paz (4) : Sekelumit mengenai La Paz

Intisari-Online.com - La Paz, Ibukota tertinggi di seluruh dunia, berpenduduk kira-kira 800.000 letaknya 12.500 kaki diatas permukaan laut. Walaupun kota ini kecil, jumlah gedung pencakar langit tidak kalah dibandingkan dengan Jakarta. Jalanan sempit-sempit kecuali jalan utama (protokol), Av. 16 de Julio, yang dua jalur, dimana letak gedung-gedung besar dan tinggi, tempat kantor-kantor besar.Daerah tempat tinggal sangat sederhana. Hampir tak nampak rumah mewah. Memang negara Bolivia yang berpenduduk kira-kira 5 juta paling miskin di benua Amerika Selatan. Penduduk terdiri dari Indian asli, kulit putih turunan Spanyol dan campuran antara kedua golongan ini disebut Mestizo yang paling banyak.Memang apa yang kami lihat di daerah yang miskin, nampak lebih parah daripada di negara kita. Namun melihat bentuk badan mereka, jarang yang kelihatan kurang makan. Di pasarya dijual barang makanan yang baik. Daging babi tampak di mana-mana. Di jalanan tampak ramai, yang kata pramuwisata kami, memang selalu begitu, dan tidak karena Hari Jadi La Paz!Jumlah mobil memang tidak begitu banyak. Lagipula sebagian besar sudah tua. Taksi-taksi buatan Amerika 20-30 tahun yang lalu. Sebuah V.W. kodok baru berharga 6.000, bensin sangat murah $b. 1.50 – 2.00 (Rp.30,- – Rp .40,-).Sewaktu keliling taksinya mogok. Maklumlah mobil tua, saya utarakan kekecewaan saya, mengenai service yang dijanjikan selama 3 jam dan beaya $20,- yang diselingi dengan sopir tertidur sewaktu-waktu! Mungkin ia malamnya tak tidur! Belum lagi mobil tertahan lama oleh barisan pawai. Untunglah bahwa hawa selalu sejuk berkisar antara 4 - 18° C.Akhirnya walaupun belum selesai "city tour", saya minta dikembalikan ke pusatkotauntuk melihat film. Bioskop cukup baik, harga karcis $b.l4,- Rp.280,-). Film Amerika dengan bahasa Spanyol!Jam 21.00 kami mengambil koper kami setelah makan di langganan kami. Menurut dia ongkos taksi ke "Aeropuerto El Alto" normal $2.50 (waktu datangnya saya bayar $7,-) Memang demikian kenyataannya. Setelah "check-in", kami bayar airport tax a 5,-, imigrasi dan douane lancar dan cepat.Tepat jam 24.00 pesawat Lufthansa DC-10 meninggalkan landasan hanya dengan sekitar 20 penumpang, sehingga kami masing-masing menempati 3 tempat duduk dan dapat merebahkan diri. Malam itu dalam perjalanan keSantiagokami dapat tidur nyenyak, walaupun hanya 3 jam.Perlawatan kami yang tidak direncanakan semula pada tanggal 16 Juli di La Paz, sebagai ibukota tertinggi di dunia, yang berhari-jadi pada tanggal 16 Juli dan menginap di Hotel beralamat Av. 16 de Julio, dalam kamar no. 16, benar-benar sesuatu yang menakjubkan! Teristimewa bagi saya yang berulang tahun pada hari itu juga!--Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat pergi ke Lapaz, Boliviayang ditulis di Majalah Intisariedisi Mei 1978dengan judul asli "Ibukota Tertinggi di Dunia, Lapaz, Bolivia".-selesai-