Intisari-Online.com - Perjalanan selanjutnya dari Cartago (ketinggian 1580 m) yang licin mendaki terus dan berliku-liku sangat mengesankan. Cuaca buruk, angin dan sewaktu-waktu berkabut (tebal). Saya rasa bila cuaca baik, mendaki sampai puncak tertingginya (3670 m, hampir setinggi gunung Semeru) bukanlah suatu persoalan, karena ditempuh dalam jarak 50 km.Yang menarik perhatian ialah perubahan jenis tanaman. Bila mula-mula ada daerah pohon cemara, maka kemudian nampak jamur dan lumut khusus. Saya lihat ada tanaman kembang Begonia yang di Indonesia daunnya kira-kira sebesar piring, disana sebesar tampah.Karena daerah itu hampir selalu bercuaca buruk, konon sering terjadi kecelakaan (hanya di sini, tidak ada salib-salib di pinggir jalan sebagai tanda pernah ada korban jiwa). Sehingga puncaknya disebut: Cerro de Muerte (bukit maut).Terutama pada waktu menurun dari puncak itu ke San Isidro del General (ketinggian 760 m) dalam jarak 45 km, jalanan berliku-liku dan sangat terjal, tanpa ruji pengaman di tepi. Di sini sering terjadi tanah longsor pula. Banyak truk bermuatan berat yang berjalan perlahan sehingga lebih menyukarkan perjalanan kami.Ada ucapan, bahwa pengemudi Costa Ricanomor wahid di dunia, karena yang tidak jempolan sudah menjadi almarhum di jurang itu!Memang mengendarai mobil di daerah itu memerlukan ekstra konsentrasi saya. Dari San Isidro sampai ke perbatasan Panama yang berjarak 200 km, keadaan jalan baik. CR 2 menurun dan mendatar melalui Platanares, Palmar Norte, Rio Claro, Villa Neilly dan hutan-hutan.Di kedua pos perbatasanCosta Ricadan Panama urusan lancar, sehingga dalam setengah jam beres semua. Di Costa Rica pukul 19.00 di Panama ditambah sejam, pukul 20.00. Walaupun sudah gelap, kami teruskan perjalanan untuk mencari tempat yang cocok dan aman (ditulis agar hati-hati diPanama). Baru pukul 21.00 melalui La Concepcion kami tiba di David, sebuah kota agak besar (penduduk 36 000).Di sebuah pompa bensin Shell yang besar dan mewah kami diijinkan bermalam, setelah mengendarai lebih 400 km dengan tegang.-bersambung---Inilah bagian kedua cerita H.O.K. Tanzil saat pergi ke Benua Eropa dan Amerika yang ditulis di Majalah Intisariedisi Maret 1979dengan judul asli "Tahap Terakhir Perjalanan Darat 45.000 km".