HOK Tanzil ke Benua Eropa-Amerika (3): Pengalaman yang Mencemaskan di Panama

Birgitta Ajeng

Editor

HOK Tanzil ke Benua Eropa-Amerika (3): Pengalaman yang Mencemaskan di Panama
HOK Tanzil ke Benua Eropa-Amerika (3): Pengalaman yang Mencemaskan di Panama

Intisari-Online.com -Ketegangan membuat lutut isteri saya sakit lebih berat sehingga kami hampir semalam suntuk tidak dapat tidur.Pagi pukul 7.00 kami teruskan perjalanan dengan perasaan pegal karena kurang tidur. Jarak David - Panama City 410 km. Jalanan ini saya tempuh tanpa gairah melaluiSan Lorenzo, Remedios, Tole dan San Tiago.Khusus di Panama ini, di jalanan terdapat beberapa pos ("Auto Check point) — Polisi tentara pemeriksa surat-surat mobil. Pernah saya melewati sebuah pos tanpa berhenti karena terlanjur, saya teruskan saja walaupun dipanggil. Setelah melewati Nata, Panomome, Rio Hato, Bejuco dan Capira (banyak kebun pisang), hujan turun dengan lebatnya. Pada waktu mobil meluncur turun di tikungan, bagian kanan mobil keluar dari batas jalan jelek yang letaknya lebih tinggi, sehingga ban belakang kami pecah.Saya hentikan mobil dalam keadaan miring. Untung di belakang kami tak ada kendaraan lain yang dapat menubruk kami. Waktu itu pukul 2 siang, kota terdekat adalah La Chorrera, sejauh 8 km lagi."Camper" kami dalam hampir 5 bulan sudah menempuh 45.000 km, baru kali ini mengalami ban pecah di tengah jalan, jauh dari kota. Yang mencemaskan saya ialah bahwa kami tidak mempunyai alat-alat alat yang diperlukan untuk mengganti roda serep.Di Negeri Belanda saya sudah membeli alat dan perkakas VW lengkap untuk serep. Namun setelah pengapalan dari Amsterdam ke New York ternyata sebagian besar alat-alat hilang dicuri!Saya terpaksa mencoba melepaskan tutup roda dengan sebatang garpu. Bukan saja tidak berhasil, bahkan garpu patah!Dalam hujan lebat mobil (terletak miring di tempat) air hujan mengalir dengan derasnya. Ini dapat membahayakan posisi mobil yang didongkrak. Isteri saya yang tungkainya sakit kalau berdiri rupanya ingin juga meringankan beban saya. la keluar dari mobil dengan susah payah dan diguyur hujan. Pertama kami harus mencari batu-batu besar untuk mengganjal roda-roda agar tidak bergerak. Karena tidak ada, yang paling mudah ialah melepas balok pagar orang!Agak lama juga kami tak tahu apa harus diperbuat, sampai isteri saya melihat seorang pemuda di seberang jalan yang dipanggilnya. Pemuda itu agak ragu-ragu juga, tapi akhirnya datang dan bersedia menolong kami setelah kami berbicara dengan isyarat.Akhirnya ia berhasil juga membuka tutup roda dengan sebuah alat pembuka kaleng! Kini giliran melepaskan sekerup-sekerupnya. Tadinya kami kira hal ini sukar karena sekerup sudah berkarat. Ternyata (sampai kini saya heran) karena sekerup harus diputar ke arah yang berlawanan dari biasa! Pendek kata, setelah sejam lebih bereslah penggantian roda. Kami basah kuyup. Pokoknya lebih baik daripada mandi keringat! Segar! Dapat mandi dengan air hujan yang berlimpah-limpah, lebih enak daripada mencuci badan dengan air dari jerrycan!Pemuda itu saya bawa ke tempat tujuannya du La Chorrera dan ia diberi tip lumayan disertai ucapan terima kasih karena bantuannya kepada kami. Kemudian setelah melalui Arrayan hujan berhenti. Jalan mulai ramai setelah melintasi terusan Panama melalui jembatan Thatcher di Balboa.Dari sini jalan dapat menjurus ke daerah kanal ("Canal Zone" di bawah pengawasan AS) dan ke Panama City. Untuk menambal ban saya menuju ke pusat kota.Pukul 16.30 kami tiba di sebuah pompa bensin besar Texaco. Ongkos tambal ban US $ 1. (Mata uang Panama: Balboa dinilai sama dengan US $ dan kedua jenis mata uang langsung dapat digunakan). Malam itu kami diijinkan parkir di sana.Siaran TV mempunyai saluran 2 dari Panama City dan 1 dari Canal Zone. Karena lelah, malam itu pukul 21.30 sudah tertidur.-bersambung---Inilah bagian ketiga cerita H.O.K. Tanzil saat pergi ke Benua Eropa dan Amerika yang ditulis di Majalah Intisariedisi Maret 1979dengan judul asli "Tahap Terakhir Perjalanan Darat 45.000 km".