HOK Tanzil ke Benua Eropa-Amerika (4): Minta Nasihat

Birgitta Ajeng

Editor

HOK Tanzil ke Benua Eropa-Amerika (4): Minta Nasihat
HOK Tanzil ke Benua Eropa-Amerika (4): Minta Nasihat

Intisari-Online.com - Esoknya kami mencari KB Kolombia untuk meminta visa. Kami disuruh ke Konsul-Jenderalnya.Seperti telah diketahui, jalan darat ke Kolombia tidak ada. Untuk ini perlu ditembus hutan belukar di daerah pegunungan sepanjang 400 km. Maka satusatunya jalan ialah melalui laut. Menurut keterangan Konsul-Jenderal Kolombia, karena tempat pengangkutan mobil dengan kapal sudah penuh sampai 3 pekan kemudian, maka ijin tinggal di Panama selama 2 minggu harus diperpanjang.Dan bila ada kepastian mendapat tempat di kapal, barulah visa diberi. Kami pergi ke daerah pelabuhan untuk menanyai keterangan-keterangan. Di sini banyak sekali calo-calo (berkulit hitam) yang memberi keterangan simpang siur. Kami sudah mulai merasa cemas! Hawa panas (32°C) menambah kemurungan kami!Kami juga keCanal ZoneAS, Pier 18, "Captain of the Port" untuk transport mobil dengan kapal ke Kolumbia. Tapi sia-sia!Isteri saya sudah putus asa dan sudah tidak ingin melanjutkan perjalanan, apalagi dengan kapal yang ia sangat benci karena pasti mabuk laut! Lalu saya minta keterangan untuk dapat menjual mobil agar langsung bisa pulang keIndonesia. Nyatanya tidak mudah bagi turis untuk menjual mobil. Apalagi dengan cepat.Dalam kebingungan saya memutuskan untuk menghubungi saja sebuah harian berbahasa Inggeris "Star & Herald" untuk minta nasihat. Salah seorang pemimpin redaksi, setelah mendengar maksud saya dan mengetahui isteri saya sakit, menyarankan untuk menghubungi Ikatan Dokter Panama dan memberi alamatnya. Namun hari Jum'at itu kantor Ikatan Dokter Panama tutup, baru akan dibuka hari Senin.Di Panama City benar-benar saya banyak mondar-mandir tapi gairah melihat-lihat tak ada lagi.Beberapa hari saya harus ke Panama Vieja (tua) bagian kota lama, dengan rumah/bangunan kuno, jalan sempit (satu arah) yang berlapis batu susun. Negara yang berpenduduk hanya 1,5 juta itu hampir 1/3-nya tinggal di ibu kotanya.Orang berkulit hitam tampak banyak sekali. Kami masuk ke Canal Zone yang berada di bawah pengawasan AS. Daerah sepanjang Kanal dari Balboa sampai Cristobal luasnya sampai 7,5 km dari sisi yang satu ke sisi yang lain. Nyata sekali daerah AS bersih dan terawat baik.Karena sudah pukul 16.00 waktu lewat sebuah kompleks militer AS yang dijaga, saya masuk untuk bertanya kepada penjaga pos apakah kami turis dari Indonesia dapat bermalam di daerah parkirnya, dengan alasan keamanan. Dengan ramah ia menyuruh saya meminggirkan mobil dahulu lalu ia menilpon "Commanding Officer" untuk meminta ijin. Lama juga ia memperbincangkan soal kami.Akhirnya dikatakannya bahwa orang sipil bukan keluarga militer AS tidak diperbolehkan bermalam di sana. Namun ia memberi tahu tempat di mana kami dapat parkir dengan aman. Tetapi di sebuah persimpangan jalan raya saya terlanjur masuk jalan yang menuju ke luar kota!Kembali Mengalami Banyak RintanganKekecewaan karena meneruskan perjalanan ke Amerika Selatan membuat saya bertekad untuk secepatnya balik ke AS, di mana kami dapat menjual mobil dengan mudah. Kini kami pikirkan bagaimana memperoleh visa untuk masuk kembali keCosta Rica. Waktu itu sudah pukul 17.00.Ketika tiba di La Chorrera saya berusaha mencari Konsulat Costa Rica tapi tidak berhasil dDi Markas "Guarda National" (Tentara Panama) saya minta tolong apakah dapat diteleponkan ke pos perbatasan untuk menanyakan, apakah kami, turis Indonesia, dapat masuk Costa Rica tanpa visa.Saat itu tepat pukul 18.00 sedang diadakan apel bendera. Melihat cara dan seragam yang kurang rapih dari tentara sebuah negara yang sudah lebih 150 tahun merdeka, sungguh mengecewakan.Komandan pos mencarikan seseorang yang dapat berbahasa Inggeris (di Panama banyak),Kepadanya saya terangkan maksud saya, dengan alasan bahwa isteri saya sakit (tidak dapat jalan) dan perlu secepatnya ke AS untuk operasi! Seorang mayor menilpon. Dari pos perbatasan dikabarkan bahwa kami dapat masuk Costa Rica dengan kartu turis (Tourist Card) yang dapat diperoleh di perbatasan, tetapi tutup pada malam hari. Atas bantuan mereka saya ucapkan penghargaan.-bersambung---Inilah bagian keempat cerita H.O.K. Tanzil saat pergi ke Benua Eropa dan Amerika yang ditulis di Majalah Intisariedisi Maret 1979dengan judul asli "Tahap Terakhir Perjalanan Darat 45.000 km".