Intisari-Online.com - Siapa mengira ada taman begitu rindang di tengah Kota Solo. Ya, Balekambang memang rindang.
Beruntunglah Solo. Di tengah kota seluas 44 km2 itu tersembul sebuah ruang hijau yang benar-benar adem dan sejuk meski suasana Kota Solo panas menyengat. Soalnya, pepohonan besar berusia hampir seratusan tahun bertebaran di lahan seluas sekitar 10 ha ini.
Diberi nama Taman Balekambang, lahan ini tak hanya menyajikan kesejukan sebuah taman, tapi juga kesejukan hati dan pikiran. Soalnya di dalamnya terdapat gedung pertunjukan yang sering memanggungkan ketoprak atau wayang orang pada akhir pekan.
Bagi yang belum mengenal Kota Solo memang agak susah menemukan lokasi ini. Pintu masuknya agak tersembunyi dari jalan besar. Taman ini sebenarnya terletak tak jauh dari Stadion Manahan Solo. Kalau dari arah Stadion, ambil arah timur sampai perempatan setelah Kantor Kanwil Pajak Jawa Tengah 2, kemudian belok ke kiri ke arah utara. Nah, ujung jalan ini adalah pintu gerbang masuk ke Taman Balekambang.
Tak ada biaya masuk, hanya biaya parkir saja yang dipungut. Namun kendaraan tidak diperbolehkan masuk. Jadi harus parkir dekat pintu gerbang. Parkirnya sempit, dan hanya mengandalkan jalan masuk saja.
Taman ini sebenarnya sudah lama ada karena dibuat oleh Kanjeng Gusti Adipati Mangkunegoro VII pada 26 Oktober 1921 sebagai tanda kasih buat kedua putrinya, BRA Partini dan BRA Partinah.
Partini, anak tertuanya yang menyukai air dibuatkan taman air yang diberi nama Partini Tuin (taman air Partini). Di samping taman air ini terdapat bangunan yang seolah-olah mengambang sehingga dari sini muncullah nama Balekambang. Sedangkan Partinah yang suka akan pemandangan hijau dibuatkan hutan kota yang disebut Partinah Bosch (hutan kota Partinah).
Memasuki taman ini kita akan disambut oleh kerimbunan pepohonan yang langka, seolah mengucapkan selamat datang dan selamat menikmati keindahan dan kerindangan sebuah taman. Tak seberapa lama dari pintu masuk, di sebelah kanan jalan utama kita akan menjumpai sebuah patung wanita berkebaya duduk sambil memegang kipas.
Berdiri di atas dasar berbentuk lingkaran yang dihiasi batu alam, di tengah sebuah kolam dengan air mancur mengelilinginya, patung diri BRA Partinah itu begitu anggun. Diapit beberapa pohon besar, duduk-duduk di sekeliling patung ini begitu meneduhkan.
Agak ke dalam, kita akan menjumpai sebuah kolam dan patung wanita berkebaya berdiri di tengah kolam agak di sebelah kanan. Kali ini wanita berkebaya berdiri tanpa memegang apa-apa. Inilah patung diri BRA Partini. Tak jauh dari sini terdapat taman kodok yang di dalamnya bercokol watu lintang atau meteorit yang didatangkan dari terminal Kota Solo.
Tidak mudah untuk memindahkan batu ini. Konon, diperlukan kekuatan supernatural. Sama seperti batu meteorit tadi, dua patung kodok yang ada di Taman Balekambang ini juga pindahan dari terminal. Batu meteorit satunya berada di seberang kolam. Menurut cerita, batu itu digunakan oleh Raja Mataram Panembahan Senopati untuk berdoa.
Selain tempat pertunjukan terbuka, di Taman Balekambang juga terdapat gedung pertunjukan yang tertutup. Di sini digelar Ketoprak, kesenian lokal daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Ketoprak Balekambang sudah ada sejak tahun 1950, meski gedungnya sendiri dibangun di tahun 1977.
Selama gedung belum ada, pertunjukan dinamakan "tobong" atau panggung darurat sebab tempatnya selalu berpindah-pindah. Srimulat dan pelawak-pelawak top lahir dari sini.
Pada awalnya taman ini kumuh dan tak terawat. Sejak tahun 2008 Pemkot Solo mengambil alih lokasi dan merenovasi Taman Balekambang. Beberapa fasilitas tambahan didirikan. Ada outbond, gedung pertunjukan, dan rusa yang dilepas-liarkan.
Taman juga dibenahi dengan adanya kursi-kursi taman yang sesuai. Untuk menjaring pengunjung lebih banyak, rencananya lokasi ini akan dikembangkan menjadi taman botani. (Yds/Where To Go Joglosemar 2011)
TAMAN BALEKAMBANGJln. Ahmad Yani Banjarsari SoloKoordinat Bumi: S7°33'6" E110°48'24"Tidak ada tiket masuk. Hanya dikenakan tiket parkir: Rp2.000 (mobil), Rp1.000 (motor)