Rujukan yang Tepat, Pekerjaan Didapat

Ade Sulaeman

Editor

Rujukan yang Tepat, Pekerjaan Didapat
Rujukan yang Tepat, Pekerjaan Didapat

CareerBuilder, sebuah situs pencarian kerja di Amerika Serikat, melakukan penelitian yang berhasil mengungkap fakta bahwa sebagian besar pengusaha (80 persen) melihat rujukan yang tercantum dalam curriculum vitae (CV) calon karyawan yang dianggap potensial. Bahkan 16 persen diantaranya menghubungi rujukan tersebut sebelum meminta kandidat melakukan wawancara kerja.

Sayangnya, tidak semua rujukan memberikan ulasan yang mampu “mempromosikan” kandidat. Lebih dari 60 persen manajer perekrutan pegawai yang disurvei menyatakan mereka telah menghubungi rujukan yang terdapat dalam CV hanya untuk mengetahui bahwa para perujuk tidak memberikan hal-hal yang baik tentang kandidat. Penelitian ini juga menemukan bahwa hampir 30 persen dari pekerja memberikan rujukan yang palsu pada CV mereka.

Rosemary Haefner, wakil presiden dari divisi sumber daya manusia di CareerBuilder, menyatakan bahwa para pencari kerja harus memastikan bahwa rujukan yang mereka pilih mampu menjadi “pemandu sorak” agar pengusaha mau menerimanya.

Sebelum memilih seseorang sebagai rujukan, pencari kerja juga harus mempertimbangkan apakah orang yang akan menjadi rujukan tersebut banyak memahami pekerjaan, kemampuan, prestasi dan etos kerja pencari kerja.

“Untuk itu, Anda bisa meminta mantan rekan kerja sebagai salah satu rujukan. Jika seseorang tidak mau, ini membantu Anda mengindari komentar dari seorang rujukan yang justru membuat calon atasan tidak tertarik pada Anda,” ujar Haefner.

Satu hal yang paling penting: banyak pengusaha yang setuju bahwa baik atau buruknya komentar dari rujukan akan memberi dampak pada peluang seorang kandidat memperoleh pekerjaan.

Hampir 70 persen pemilih perusahaan mengubah pandangan mereka tentang kandidat setelah berbicara dengan rujukan. Empat puluh tujuh persen pendapat yang diberikan rujukan cenderung tidak menguntungkan kandidat. Hanya 23 persen yang cenderung menguntungkan kandidat.

Temuan ini berdasarkan survei terhadap 2.494 manajer perekrutan dan pakar sumber daya manusia, serta 3.976 pekerja lintas industri dan ukuran perusahaan. (BusinessNewsDaily)