Intisari-Online.com - Mereka yang masih mencari kerja harus berpikir dua kali untuk membuat tato di tubuh mereka. Stigma atas tato masih cukup kental di masyarakat. Banyak atasan melihat tato sebagai tabu dan tidak pantas. Peneliti di University of St Andrews menemukan bahwa stigma ini masih ada.Ahli manajemen Dr. Andrew Timming, menjelaskan bahwa ia secara pribadi suka dengan tato tetapi orang yang ia wawancarai tidak suka dengan tato. Seringnya yang diwawancarai Andrew adalah mereka yang merekrut karyawan. Tato yang bermasalah adalah tato yang terlihat secara gamblang. Sebanyak 14 organisasi dari beragam bidang (dari hotel, bank, balaikota, penjara, universitas dan toko buku)sudah ditanyai Dr. Andrew .Yang ditakutkan atasan adalah jika pegawai yang mereka rekrut harus bersentuhan dengan pelanggan. Mereka takut pelanggan akan menghindar untuk dilayani oleh pegawai yang bertato. Di Inggris sendiri polisi dilarang bertato di bagian tubuh yang terlihat. Seorang atasan mengakui bahwa jika pelamar memiliki tato maka ia tidak akan menerimanya. Sementara itu Dr. Andrew mengungkapkan bahwa atasan menganggap tato yang terlihat sebagai sesuatu yang menjijikan dan tidak bersih. Lokasi tato, apakah terlihat atau tidak memegang peranan penting.Tetapi jangan berkecil hati, Dr. Andrews menemukan bahwa tidak semua atasan tidak suka dengan tato. Ada industri tertentu yang membolehkan pegawainya bertato. Bidang seperti menjadi sipir penjara membolehkan pegawainya memiliki tato sebab akan membuat narapidana takut.Selain itu pesepakbola "diperbolehkan" memiliki tato yang besar dan terlihat. Jika Anda bergelut di dunia musik, hiburan atau bahkan selebriti, maka tato tidaklah menjadi hambatan yang berarti. Seiring berjalannya waktu, makin banyak orang yang bertato dan bisa jadi Anda yang bertato tidak perlu khawatir sebab masyarakat akan selalu berubah. (DailyMail)