Bukan Uang yang Membuat Karyawan Bahagia?

Ade Sulaeman

Editor

Bukan Uang yang Membuat Karyawan Bahagia?
Bukan Uang yang Membuat Karyawan Bahagia?

Intisari-Online.com - Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa dirangsang secara intelektual merupakan aspek yang paling penting dari kepuasan kerja karyawan.

Responden dari penelitian yang dilakukan oleh pengembang perangkat lunak perekrutan Cangrade ini mengatakan stimulasi intelektual mencakup 18,5 persen dari kepuasan kerja mereka.

Uang hanya menyumbang 5,4 persen sebagai faktor yang membuat seorang karyawan bahagia dengan pekerjaannya. Prestasi dan kewibawaan, kekuasaan dan pengaruh, keseimbangan kehidupan kerja dan afiliasi, serta persahabatan dinilai lebih penting sebagai penyumbang kepuasan kerja daripada uang.

"Temuan ini cukup mengejutkan, karena atasan sering menganggap hal-hal seperti pendapatan merupakan pendorong terkuat terkait kebahagiaan di tempat kerja," kata Steve Lehr, kepala petugas ilmiah Cangrade. "Bahkan, penelitian kami menunjukkan bahwa mungkin yang paling lemah."

Para peneliti selanjutnya mengembangkan tiga bagian formula untuk pengusaha yang ingin menjaga karyawan mereka selalu bahagia:

  • Cobalah untuk memastikan bahwa karyawan merasa terstimulasi secara intelektual. Berikan juga mereka tugas yang beragam serta beberapa otonomi, pengaruh dan kesempatan untuk memperoleh kehormatan dan pengakuan. Pengusaha harus memberikan karyawan mereka hal-hal tersebut bahkan ketika mereka tidak mengatakan mereka membutuhkannya.
  • Pengusaha harus memberi semua karyawan waktu untuk istirahat. Termasuk pekerja workaholics yang mengatakan mereka tidak ingin atau butuh istirahat.
  • Menawarkan karyawan uang tambahan, keamanan dan peluang bersosialisasi. Namun ingat, lakukan ini jika memang karyawan merasa hal ini penting bagi mereka
"Uang, tidak bisa membeli kebahagiaan, dan kebahagiaan sendiri nyatanya tidak sulit untuk dipahami, tidak seperti yang kita pikirkan sebelumnya," kata CEO Cangrade Michael Burtov.

Penelitian ini sendiri didasarkan pada survei dari hampir 600 karyawan AS. (BusinessNewsDaily)