Intisari-Online.com - Dalam kamus bahasa Inggris, “passion” diartikan sebagai gairah, kegemaran, semangat, nafsu, juga keinginan besar. Lantas, apa itu passion dalam bekerja? Apakah pekerjaan Anda sudah sesuai dengan passion Anda?
“Bayangkan passion itu seperti bibit. Bibit itu akan tumbuh dengan baik jika ditanam di tempat yang tepat. Passion itu sudah ada di dalam diri masing-masing orang, jadi enggak usah dikejar, tinggal dicari saja,” kata Rene Suhardono, seorang social entrepreneur, saat acara Lipton PossibiliTEA: Embrace Possibilities for a Brighter Side of Life di Jakarta Convention Center, Jumat (27/9).
Rene mengatakan, tidak semua orang mengerti apa passion -nya, terutama dalam hal pekerjaan. Itulah mengapa, banyak orang yang suka gonta-ganti pekerjaan dengan alasan tidak merasa puas di pekerjaan yang lama. Atau, banyak orang yang tidak memberdayakan diri dan talentanya semaksimal mungkin, sehingga ia bekerja hanya demi uang.
Untuk bisa bekerja sesuai passion, tiap orang harus tahu dulu apa kesukaannya. Kalau kata Rene, “Harus tahu field (bidang, Red.) yang tepat untuk Anda itu yang mana!”
Ada orang yang betah berada di depan komputer berjam-jam, ada juga yang enggak. Ada yang tidak merasa malu mempromosikan sesuatu, ada yang malu. Dan ada yang suka berorasi, berjualan, mengutak-atik barang bekas, atau lainnya, tapi banyak juga yang sebaliknya.
Bahkan ada orang yang mengatakan, “Gue mau deh ngerjain itu, enggak usah dibayar juga enggak apa-apa.” Kata-kata ini biasanya tidak datang sembarangan, melainkan pasti dari hati. Karena, Anda rela melakukan sesuatu yang Anda cintai bukan semata-mata demi uang.
Jadi, Rene menegaskan, passion itu merupakan segala aktivitas yang membuat Anda merasa berdaya saat melakukannya.
Di awal mungkin usaha Anda tidak akan terlihat sukses, tapi seiring dengan berjalannya waktu semua pasti berhasil. Selama menjalani proses itu, Anda dituntut sabar, terus belajar, dan mau gagal.
Rene juga menyarankan agar orang yang sudah menemukan passion -nya untuk segera mewujudkannya supaya kegagalan juga datang lebih cepat. Lho, mengapa harus mengharap kegagalan?
Rene mengingatkan, tidak ada satu pun hal besar yang dilakukan tanpa kegagalan terlebih dulu. Nah, ketika kegagalan diterima, orang itu pasti akan langsung belajar untuk membenahinya. Maka, kesuksesan pun juga jadi lebih cepat didapat.
“Kalau Anda tidak mau gagal, Anda tidak akan sampai pada keberhasilan. Itulah indikasi orang berdaya,” pungkasnya.
(Ester/tabloidnova.com)