Ippho Santosa: Ingin Sukses? Sukseskan Orang Lain!

intisari-online
Nur Resti Agtadwimawanti

Tim Redaksi

Ippho Santosa: Ingin Sukses? Sukseskan Orang Lain!
Ippho Santosa: Ingin Sukses? Sukseskan Orang Lain!

Intisari-Online.com- Saat ditanya, “Apa faktor sukses seorang Ippho Santosa?”. Dengan cepat ia menjawab, “Jika ingin sukses, sukseskan orang lain.”

Ya, menurutnya, kalau kita ingin tumbuh, tumbuhkan dulu orang lain. Begitu juga dengan bisnisnya. Ippho ingin banyak orang juga tumbuh. Itu sebabnya ia suka bermitra, yang nantinya bisa menumbuhkan banyak orang. Jadi, kita tumbuh dengan menumbuhkan orang.

(Resep Untuk Mencapai Sukses)

Cara pandang Ippho mungkin terlihat aneh. Sebab, dulu pebisnis tak berani bermitra dan cenderung memiliki semuanya sendiri. Ujung-ujungnya, ia wariskan bisnis dan harta kepada anak-anaknya. Itulah yang menurut Ippho bisnis seseorang sulit untuk besar. Keengganan bermitra dan mempercayai orang lain akan membelenggu perkembangan bisnis kita.

Sebagai penulis dan pebisnis, Ippho memang punya filosofi yang khas. Bagi dia, marketing bukanlah segalanya meskipun semuanya perlu marketing. “Marketing kalau dipadatkan bisa menjadi tiga kata, yaitusatisfying,meet theneeds, danprofitably,” ujarnya. Artinya,inti dari marketing adalah pengutamaan kepuasan, memenuhi kebutuhan, dan menguntungkan.

(Kesalahan Diambil, Kesuksesan Diberikan ke Orang Lain)

Menurutnya, selama ini paradigma tentang marketing hanyalah berjualan. Padahal, kenyataannya tidak sesempit itu. Kalau kita cuma berorientasi jualan, manfaatnya hanya jangka pendek. Namun, jika mengarah pada kepuasan pelanggan, mereka akan mau membeli ulang produk kita. Bahkan ketika kita menawarkan produk apa pun, orang akan beli.

Hal itu dirasakan betul oleh Ippho. Ketika orang sudah merasa puas dari buku, seminar, atau TK yang dibuatnya, untuk beranjak ke bisnis lain pun orang akan lebih mudah percaya. Karena bila konsumen sudah puas dengan produk-produk kita, mereka akan lebih mudah untuk digaet kembali. Ini dibuktikan Ippho dengan keberadaan mitra bisnisnya yang sudah mencapai 300-an. “Kita tidak menjamin pasti memuaskan, tapi berusaha untuk memuaskan. Komitmen memuaskan itu memudahkan kita masuk ke mana saja.”

Kapan orang puas? Kepuasan terjadi ketika harapan bertemu kenyataan. Uniknya, Ippho malah berusaha mengurangi aspek harapan. Tak ingin muluk-muluk, Ippho malah tak ingin menjanjikan sesuatu yang “besar” kepada pelanggan atau mitra bisnisnya. Menurutnya, hal ini akan membuat harapan orang naik terlalu tinggi sehingga berakibat buruk pada bisnis.

Sebagai catatan, kepuasan sebenarnya adalah kata yang abstrak. Setiap orang punya ukuran yang berbeda-beda. Tengok saja Jepang dan Amerika. Kedua negara itu punya pandangan berlainan tentang garansi kepuasan. Jepang tak pernah menjamin adanya garansi kepuasan, tapi Amerika justru berani menjamin 100%. Padahal, harapan orang bersifat fluktuatif. Kita sering berharap bisnis yang kita lakoni bisa sempurna 100%. Kenyataannya, di dunia ini, tak ada bisnis yang sempurna. Pasti ada kendala. Dalam perjalanan bisnisnya pun, Ippho tak melulu untung. Ia mengingatkan bahwa yang bisa memastikan untung-ruginya bisnis adalah diri kita sendiri.

Tak dimungkiri, seperti pebisnis lain, Ippho juga ingin untung. Tapi Ippho punya prinsip berbeda yakni, "bagaimana orang lain untung, tapi kita pun untung." Contohnya, kemitraan baju. Ia mengaku, persentase keuntungan mitranya justru lebih banyak daripada dirinya.

Hal itu juga berlaku pada buku-buku hasil karyanya. Ippho berusaha agar pembaca mendapatkan keuntungan maksimal ketika mereka mengeluarkan uang Rp 50-80ribu untuk membeli buku.

Ia punya trik sederhana. Bukunya disisipi bonus CD (Compact Disc) dengan durasi 2 jam. Misal buku “Percepatan Rezeki”. Padahal, bisa saja Ippho menjual CD itu terpisah dan mendapat profit lebih. Tapi, ia justru memilih menjadikan CD sebagai bonus. “Kalau kita bicaravalue, itu murah ya karena dapat CD durasi 2 jam, gratis. Saya berusaha membuat mereka lebih untung.”

Nilai lebih dan kepuasan inilah yang kerap dilupakan oleh sejumlah sosok marketing di Indonesia. Bahkan, tak jarang, iklan yang dipasang pun tak mematuhi norma. Misalnya, eksploitasi gambar anak-anak atau perempuan. Marketer yang seperti itu hanya memikirkan jualan, tanpa menjagavalueseperti yang dikatakan Ippho.

Padahal, jika pelanggan puas, seorang penjual akan mendapat keuntungan dalam waktu yang lama sebab produknya akan laku terus. Sebagai contohnya TK Khalifah yang didirikannya. Royalti kemitraan dipatoknya dengan sangat minim. Justru, mitra bisnislah yang mendapatkan untung lebih besar. Lalu, Ippho mendapat untung dari mana? “Kan akhirnya banyak yang bermitra dengan saya. Tapi dengan syarat, pelayanan saya tetap memuaskan.”

Artikel Terkait