Intisari-Online.com – Government shutdown atau penutupan sebagian layanan pemerintahan federal Amerika Serikat diduga akan berdampak pada perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Meski dampak yang terjadi tidak akan secara langsung.
Salah satu yang menjadi pendorong munculnya dampak dari shutdown yang terjadi di Amerika ini adalah keberadaan Dollar AS. Seperti yang ditakutkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Presiden meminta antisipasi dilakukan karena menurutnya “Dollar AS di mana pun berada dan pergerakannya seperti apa tidak bebas dari kebijakan AS, kebijakan moneter utamanya. Dengan demikian, kita harus terus mengikuti perkembangan dan dinamika di negara itu, juga negara-negara penting lainnya.”
Hal yang sama disampaikan oleh Menteri Keuangan Chatib Basri. Chatib berharap seluruh pelaku pasar mewaspadai government shutdown yang terjadi di Amerika.
Meski demikian, Chatib menekankan bahwa kita tidak perlu terlalu risau akan dampak shutdown AS tersebut karena kondisi pasar domestik Indonesia saat ini sedang membaik. "Artinya, kalau ada berita bagus, ada bukti perbaikan, maka sedikit banyak kita akan terlindungi dari itu," tambahnya.
Opitmisme juga diungkapkan oleh Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan, ”Pasar saham memang jadi fluktuatif. Tapi, Indonesia menerima cukup besar capital inflow (dana asing yang masuk) yang membantu kondisi pasar saham.”
Untuk saat ini, efek yang muncul masih terbatas pada penundaan pengucuran modal dari para investor asing ke negara-negara ekonomi baru. Akibat penundaan ini, aliran dana asing ke negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi cepat (emerging markets) pun terhambat. (kompas.com)