Intisari-Online.com - Saat lajang, kebutuhan akan uang tentu belum sebesar mereka yang sudah berkeluarga. Namun, bukan berarti mereka tidak perlu mengelola keuangan mereka.
Apalagi, jika mereka kerap melakukan kesalahan-kesalahan berikut yang bisa saja membuat mereka mengalami krisis keuangan pribadi.
#1 Tidak punya tabungan darurat. Menyandang status lajang bukan berarti Anda bisa menjalani kehidupan seenaknya, tanpa perencanaan masa depan. Karenanya, tabungan darurat bukan hanya wajib dimiliki oleh mereka yang sudah memiliki “tanggungan”. Menurut pakar keuangan Suze Orman, tabungan darurat itu minimal 6 kali biaya hidup per bulan.
#2 Ogah hidup “susah”. Menurut hasil survei yang dilakukan sebuah majalah gaya hidup di Amerika, dalam kondisi perekonomian anjlok seperti beberapa waktu yang lalu, banyak di antara penduduknya yang enggan melepaskan kenyamanan menonton saluran televisi berbayar dan memotong rambut di salon kelas atas. Jika Anda ingin mulai berhemat, mulailah dengan meninjau kembali kebiasaan Anda.
#3 Hobi nge-mall. Mari hitung berapa jumlah dana yang dihabiskan untuk satu kali nge-mal, mulai dari ongkos parkir, biaya shopping, jajan camilan, ngopi, sampai bujet untuk makan siang. Jika untuk sekali nge-mall saja Anda bisa merogoh kocek hingga Rp 300 ribu, coba hitung berapa dana yang terkuras bila Anda rutin nge-mal minimal seminggu dua kali. Exactly!
#4 Ketergantungan pada gadget. Kemajuan teknologi memberi kemudahan bagi kita untuk melakukan banyak hal yang seringkali kebablasan. Seperti mengunduh game sampai memori penuh, atau meng-update status di jejaring sosial setiap 30 menit sekali. Kalaupun Anda bisa berhemat dengan memanfaatkan sambungan wi-fi cuma-cuma, tetap saja waktu Anda yang berharga terbuang percuma untuk hal-hal yang sebenarnya tidak menjadi prioritas utama.
#5 Anti membawa uang tunai. Boleh percaya boleh tidak, membayar pembelian secara tunai alias dengan uang “sungguhan” itu bisa memangkas jumlah belanja Anda, lho. Pasalnya, ketika membayar dengan uang tunai, Anda akan merasakan peristiwa perpisahan dengan uang secara fisik. Karenanya, efek psikologisnya akan lebih terasa dibandingkan ketika Anda membayar dengan kartu debit, kartu kredit, pay-pal, atau layanan e-money lainnya.
#6 Punya terlalu banyak nomor rekening. Punya nomor rekening lebih dari satu—atau lebih dari dua sekalipun, sebenarnya bukan masalah besar. Malah, bagi sebagian orang, nomor rekening yang berbeda-beda itu memudahkan mereka. Yang jadi masalah adalah apabila Anda memiliki banyak rekening yang bisa didebit kapan saja sesuka hati. Jika demikian, maka siap-siap saja kebobolan di akhir bulan. (Nayu Novita/Equita Maulidya / chicmagz.com)