Intisari-online-com - Kamis pagi (28/11), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melorot.Pada pukul 9.00 WIB, nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp 11.925 per dolar AS. Bahkan beberapa bank sudah bertransaksi dengan rate di atas Rp12.000 untuk 1 dolar AS, meskipun sekadar untuk harga jual. Contoh, Bank Mandiri mematok harga jual Rp12.005 sementara BII Rp12.125.Fakta ini cukup bikin miris karena dalam tiga tahun terakhir belum pernah rupiah keok sampai menembus Rp12 ribu. Meski demikian, kejadian inisesuai prediksi sejumlah pakar. Pasalnya utang jatuh tempo pemerintah RI dan swasta pada semester kedua 2013 sangat tinggi. Yang paling berbahaya adalah jumlah utang jatuh tempo pihak swasta. Berdasarkan catatan BI, total utang jatuh tempo pada semester 2-2013 adalah 27,78 miliar dolar AS (sekitar Rp315 triliun). Terdiri dari swasta 22,27 miliar dolar AS (Rp250 triliun) dan pemerintah 5,51 miliar dolar AS (Rp65 triliun).Utang swasta yang jatuh tempo jelas memperburuk nilai tukar rupiah. "Ketika utang jatuh tempo dan ketersediaan dolar tidak ada, ini yang jadi masalah," ujar Aviliani, Komisaris Independen Bank Rakyat Indonesia, seperti dilansir Kompas.com.Belum lagi kondisi akhir tahun yang makin dekat dengan suasana Pemilu 2014. Spekelusi di pasar uang akan semakin kencang seiring dengan meningkatnya suhu politik. Jika pemerintah tidak sigap dalam mengatasi kebutuhan pihak swasta akan dolar AS untuk memenuhi utang jatuh tempo, bisa jadi rupiah akan makin terpuruk.