Diet dengan Mengurangi Frekuensi Makan Lebih Berbahaya

Chatarina Komala

Editor

Diet dengan Mengurangi Frekuensi Makan Lebih Berbahaya
Diet dengan Mengurangi Frekuensi Makan Lebih Berbahaya

Intisari-Online.com -Memang, diet adalah cara umum yang dilakukan oleh banyak orang untuk menurunkan berat badan. Salah satu metodenya, adalah diet dengan mengurangi frekuensi makan, misalnya menjadi dua kali atau bahkan satu kali dalam sehari. Namun, metode ini dinilai lebih berbahaya.(Baca juga: Dalam Sehari, Kita Harus Makan Berapa Kali?)

"Sebenarnya tidak cuma tiga kali, malah makan itu harusnya sehari sampai enam kali. Tiga kali makan besar, tiga kalisnack," kata Inge Permadhi, Dokter Gizi, saat pembukaan suatubakerybeberapa waktu lalu di Jakarta.

Inge mengungkap, saat sedang diet atau tidak, seseorang seharusnya tidak mengurangi frekuensi makan, terutama makan besar. Sebab, diet dengan mengurangi frekuensi lapar akan memaksa kita menahan lapar. Ini akan berakibat pada turunnya gula darah. Sementara,nyemilsendiri berfungsi untuk membantu menstabilkan gula darah sebelum makan besar.

"Ketika makan tidak terjadwal, maka naik-turun gula darah akan sangat tinggi. Rasa lapar berlebihan memicu peningkatan gula darah yang sangat tinggi, akibatnya insulin pun keluar untuk menurunkan gula darah. Ketika Anda melewati waktu makan untuk kali selanjutnya, otomatis gula darah akan semakin rendah, dan rasa lapar meningkat. Begitu seterusnya," ujarnya.

Melewatkan waktu makan bisa menyebabkan kita mengonsumsi dalam porsi yang lebih besar dan berlebihan. Hal ini tentu malah akan mengakibatkan tubuh makin menggemuk. (Baca juga: Atur Waktu Makan Biar Langsing)

"Intinya, mau diet atau tidak, jangan pernahskipwaktu makan. Apalagi, bagi mereka yang menerapkan diet dengan mengurangi frekuensi makan.Namun, kalau berat badan Anda terbilang normal, maka bisa saja melewatkan waktusnack,tapi bukan waktu makan besar," sarannya. (Christina Andhika Setyanti/Kompas)