Intisari-Online.com - Saat ini, kita terbiasa mendengar sisi buruk produksi telur ayam biasa. Namun, Darren Letton, seorang produsen telur di negara bagian Australia Selatan meminta para konsumen untuk ikut menyadari sisi negatif serta kelemahan dari telur organik.
Darren yang berasal dari Peternakan Ayam Glenview mengatakan, sementara ia tengah memperluas bisnisnya untuk menjawab tren pasar yang tengah beralih dari konsumsi telur biasa, menurutnya para konsumen juga perlu memahami bahwa sistem produksi telur organik juga punya kelemahan.
“Ada faktor intimidasi atau tekanan yang muncul. Anda mungkin bisa mendapat sekitar 75 hingga 80 persen dari produksi dan itu berdasarkan faktor tekanan. Mereka mungkin juga lebih rentan terhadap penyakit. Mereka bisa makan kotoran mereka sendiri dan ada juga resiko penyakit yang kemungkinan dibawa oleh burung-burung liar," Darren menjelaskan.
Ia lantas menambahkan, bahwa ia ingin agarkelemahan dari telur organikini diketahui para konsumen. Menurutnya, para konsumen juga perlu sadar bahwa ada berbagai macam aturan yang berbeda di masing-masing negara bagian.
“Di Australia Selatan, kami coba untuk mengatakan bahwa kemungkinan Anda bisa memiliki 1500 unggas per hektar. Sehingga jika saya memiliki 4000 unggas, seharusnya saya memiliki lahan seluas 4 kali lapangan bola. Saya percaya, di negara bagian wilayah timur, Anda bisa punya hingga 20 ribu unggas. Jadi tak ada regulasi. Telur-telur itu bisa sampai ke Australia Selatan dengan aturan yang berbeda,” jelasnya.
Namun ia juga mengemukakan, meski ada kelemahan dari telur organik, ia kini tengah memperluas produksi telur organik karena itulah yang kini diinginkan pasar. (National Geographic Indonesia)