Intisari-Online.com - Meski sudah resmi beredar sejak Oktober 2015, Flibansering alias ‘viagra wanita’ sepi peminat. Hal ini terlihat dari data yang menunjukkan bahwa obat pertama peningkat libido wanita ini baru diresepkan sebanyak 1.000 kali di Amerika Serikat.
Ternyata, alasannya merujuk pada aturan ketat yang dikeluarkan oleh FDA (badan pengawas makanan dan obat-obatan di AS) saat meresmikan peredaran Flibanserin.
FDA membatasi orang-orang yang berhak menggunakan Flibanserin, yaitu hanya pada mereka yang sudah didiagnosis memiliki gangguan dorongan seksual hipoaktif (HSDD) alias memiliki libido rendah secara klinis.
Dokter yang boleh meresepkan juga hanya mereka yang telah mendapat pelatihan dari Sprout Pharmaceuticals, perusahaan farmasi yang memproduksi viagra perempuan ini. Penggunaan obat ini juga harus dimonitor oleh dokter.
Obat ini memang sempat menuai kontroversi. Pihak yang setuju menganggap kehadiran flibanserin akan mengurangi jurang "orgasme" dan membantu wanita mengendalikan kehidupan seksualnya.
Sementara pihak yang tidak setuju menganggap manfaat obat ini tidak sebanding dengan efek sampingnya, yakni pusing serta mual. Mereka juga mengatakan bahwa libido rendah bisa disebabkan oleh banyak hal, termasuk penggunaan kontrasepsi dan antidepresan.
(kompas.com)