Penelitian: Orang yang Suka Rasa Pahit Cenderung Sadis, Egois, Angkuh, dan Narsis

Ade Sulaeman

Editor

Penelitian: Orang yang Suka Rasa Pahit Cenderung Sadis, Egois, Angkuh, dan Narsis
Penelitian: Orang yang Suka Rasa Pahit Cenderung Sadis, Egois, Angkuh, dan Narsis

Intisari-Online.com - Kesukaan terhadap makanan dan minuman pahit seperti kopi dan air tonik ternyata dapat berarti memiliki kecenderungan psikopat. Psikolog menemukan mereka yang suka rasa pahit cenderung menunjukkan tanda sadisme, narsisme dan machiavellianisme.

Mereka itu menjadi cenderung bersikap mendua, mementingkan diri sendiri, berhati dingin, kurang empati, angkuh dan egois serta senang ketika orang lain susah. Demikian temuan dari sebuah penelitian.

"Temuan itu merupakan bukti empiris pertama bahwa preferensi rasa pahit ada hubungannya dengan ciri kepribadian jahat," kata peneliti dari Innsbruck University, Austria. Mereka meneliti 1.000 orang dalam dua eksperimen terpisah.

Makanan pahit misalnya cocoa tanpa pemanis, kopi hitam, lobak dan kina dalam air tonik. Dalam eksperimen pertama, 500 pria dan wanita diberi daftar panjang makanan dengan dengan jumlah yang sama untuk rasa manis, asin, asam dan pahit. Termasuk di antaranya cake cokelat, daging asap, cuka dan lobak.

Kemudian mereka ditanya tingkat kesukaan masing-masing pada skala enam poin mulai dari sangat tidak suka sampai sangat suka. Peserta penelitian yang berusia rata-rata 35 itu kemudian menyelesaikan empat kuesioner kepribadian terpisah.

Kuesioner pertama mengukur kadar agresi dengan minta mereka memberi peringkat seberapa banyak dengan pernyataan seperti,"Diberi provokasi yang cukup, saya mungkin memukul seseorang."

Pada kuesioner kedua, peserta diminta seberapa kuat mereka setuju atau tidak setuju dengan pernyataan yang dirancang untuk ciri kepribadian Machiavellianisme, psikopat dan narsisme. Pertanyaan contoh dari setiap bagian itu meliputi,"Saya cenderung memanipulasi orang lain untuk mendapat yang saya mau. "Saya cenderung tidak sensitif." "Saya cenderung minta orang lain memperhatikan saya."

Selanjutnya peserta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan dimensi kepribadian "lima besar" dari extraversion, keramahan dan kesadaran serta kestabilan emosi. Terakhir, mereka menyelesaikan penilaian komprehensif dari kecenderungan sadistis yang menilai kecenderungan seseorang terhadap "sadisme sehari-hari".

Hal itu juga melibatkan pemeringkatan dengan skala seberapa banyak mereka setuju atau tak setuju dengan pernyataan seperti,"Ketika mengolok-olok seseorang, rasanya lucu ketika mereka menyadari apa yang saya lakukan." "Saya menikmati menyiksa orang lain."

Eksperimen sama dengan sampel 450 orang dilanjutkan yang kemudian mengonfirmasi penemuan pertama. "Preferensi rasa pahit secara umum muncul sebagai pemrediksi kuat akan Machiavellianisme, psikopati, narsisme dan sadisme sehari-hari," kata periset dalam jurnal Appetite. Keramahan, sejauh mana seseorang itu baik, simpatik dan kooperatif terkorelasi negatif dengan preferensi rasa pahit.

Kendati periset tidak meneliti kenapa orang dengan ciri-ciri ini memilih makanan pahit, mereka menduga mereka mengalami sejenis "sensasi" dari makanan pahit itu. Dalam tanaman pahit dan liar cenderung mengeluarkan sinyal bahwa mereka beracun. Itulah kenapa banyak dari kita tak suka dengan rasa pahit.

Tetapi bagi orang dengan ciri sadistis, makan makanan pahit mungkin dapat dibandingkan dengan naik rollercoaster, di mana mereka menikmati hal-hal yang menakutkan. Demikian kata peneliti Christina Sagioglou.

"Kami menemukan korelasi kuat dengan sadisme sehari-hari," katanya. "Sadisme keseharian ini terkait dengan Masochisme jinak, yang pertama dideskripsikan dan diteliti oleh psikolog Paul Rozin.

"Mengutip Paul Rozin untuk penjelasannya, untuk kasus makanan yang tak disukai, mungkin ada kesenangan dari fakta bahwa tubuh kita memberi sinyal penolakan tetapi orang itu tahu tak ada ancaman nyata," kata Sagioglou.

(Dhorothea/kompas.com)