Mendeteksi Kebohongan Lewat 'Body Language'

Okke Nuraini Oscar

Editor

Mendeteksi Kebohongan Lewat 'Body Language'
Mendeteksi Kebohongan Lewat 'Body Language'

Intisari-Online.com - Jika Anda ingin memahami seseorang, Anda harus memahami kebenaran dari ucapan yang dilontarkan oleh orang tersebut. Kita dapat mengetahui seseorang berbohong atau tidak dengan alat pendeteksi kebohongan (lie detector) yang mampu membaca ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan nada suara yang menghasilkan analisis laporan untuk mendeteksi kebohongan. Tapi, tahukah Anda bahwa kita bisa mendeteksi kebohongan melalui body language?

Langkah Pertama : Baselining

Yang paling mendasar adalah, bagaimana seseorang bertingkah laku dalam keadaan tidak disadari (spontanitas) dan tidak dalam keadaan terancam. Begitulah seseorang benar-benar terlihat ketika mereka membicarakan sesuatu. Bila Anda ingin lebih baik dalam membaca emosi seseorang atau ketika mereka berbohong, Anda perlu untuk menemukan situasi dasar (baseline) seperti yang dipaparkan sebelumnya, atau melihat bagaimana mereka terlihat, suara, tingkah laku, dan sikap ketika mereka mengatakan yang sebenarnya. Untuk melakukan ini, Anda bisa membahas topik yang bersifat ringan dan netral. Mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan umum yang tidak memiliki alasan untuk berbohong seperti cuaca, nama mereka atau rencana mereka untuk akhir pekan. Kemudian perhatikan bagaimana tingkah laku mereka, apakah mereka berbicara sambil memegang salah satu bagian tubuh mereka, bagaimana suara mereka, dan seberapa sering mereka gelisah.

Langkah Kedua: Hotspot Area

Langkah kedua terjadi ketika Anda tiba-tiba melihat perubahan dari yang sebelumnya. Ini disebut hotspot area. Anda dapat melihat secara tiba-tiba orang yang berbohong tersebut berkeringat karena gugup, kaki bergoyang, dan bertingkah beda dari sebelumnya. Mengapa dasar ini sangat penting? Setiap kali seseorang menyimpang dari pernyataan dasar mereka, itu merupakan “pertanda” bahwa ada kebohongan yang ditutupi. Dua hal yang paling mudah dikenali adalah, ketika seseorang berbohong dan mengatakan "ya" tapi tanpa disadari, menggelengkan kepala mereka, lalu satu sisi bahu mengangkat. Dr. Paul Ekman menemukan bahwa orang memiliki kecenderungan untuk sedikit mengangkat bahu mereka ketika mereka berbohong. Mereka mengangkat bahu karena mereka sendiri tidak percaya dengan apa yang mereka katakan.

Langkah Ketiga: Cluster Jika Anda melihat salah satu perbedaan dasar dari langkah pertama dan kedua tidak cukup, selanjutnya adalah memperhatikan ketika ada tiga pertanda menyimpang dalam satu respon. Inilah yang dinamakan cluster. Hal yang bisa dilakukan adalah menanyakan hal yang sama berkali-kali hingga kita mendapat kesimpulan orang tersebut berbohong atau tidak.

(scienceofpeople.com)