Intisari-Online.com –Front Door Syndrome adalah sindrom yang membuat seseorang hanya akan merasa aman berada di rumah dan menikmati kesendirian. Jika akan bertemu dengan orang-orang baru maupun lingkungan baru, ada keengganan untuk keluar dari pintu rumah. Peperangan psikologis pun terjadi, antara berada di rumah dengan nyaman atau pergi bertemu dengan orang yang baru.
Bagi penderita sindrom ini, bertemu dengan orang yang baru hanyalah sesuatu yang tak bisa diduga. Jadi lebih baik cari posisi aman dengan berdiam di rumah saja. Padahal hubungan sosial adalah hal yang sangat penting untuk dimiliki seseorang. Penelitian membuktikan bahwa seseorang yang tidak memiliki ikatan sosial cenderung lebih mudah meninggal daripada mereka yang memiliki hubungan dengan banyak orang.
Sindrom ini memang lebih sering terjadi pada orang-orang yang introvert yang memilih untuk menyendiri. Sekali-kali orang seperti ini perlu untuk keluar dari cara pandangnya sendiri, karena memiliki teman baru tidaklah seburuk yang dipikirkannya.
Front Door Syndrome membuat seseorang itu tidak dapat mengontrol pikirannya dengan baik. Ia percaya bahwa pertemuan dalam keramaian, kelompok rohani, pertemuan relawan, dan perkumpulan lainnya akan membuatnya terjebak selama berjam-jam di sana. Padahal pikiran ini belum tentu benar, karena tidak akan ada pertemanan yang malah memberatkan kita. Seseorang dengan sindrom ini hanya percaya pada pola pikirnya saja. Ia membutuhkan sedikit pandangan yang lebih terbuka.
Bersosialisasi dengan masyarakat dianggapnya sebagai sebuah beban. Ia memang tidak berminat untuk masuk dalam kehidupan orang lain. Padahal apakah ia ingin terlibat lebih dalam atau bersosialisasi sekadarnya saja adalah pilihannya. Tapi untuk memulainya saja, dia sudah enggan.
Yang harus dilakukan untuk mengatasi sindrom ini adalah menghilangkan pikiran ragu-ragu yang selalu datang sebelum memulai sosialisasi dengan orang lain. Keragu-raguan dan pikiran negatif yang kerap lebih kuat dari pada manfaat yang akan diterima. Untuk membantu orang seperti ini, kita perlu melakukan pendekatan dengan lebih sabar. Tegaskan padanya apa pentingnya bersosialisasi dan memiliki relasi di masa mendatang. Ia harus lebih berpikir maju ke depan. Walau tidak tampak sebagai sindrom yang berbahaya, membiarkan diri Anda terkurung dalam rumah, bukanlah pilihan yang menguntungkan.
(huffingtonpost.com)