Sering Sok Kaya dan Sok Pintar? Mungkin Anda Terkena Snob!

Tika Anggreni Purba

Editor

Sering Sok Kaya dan Sok Pintar? Mungkin Anda Terkena Snob!
Sering Sok Kaya dan Sok Pintar? Mungkin Anda Terkena Snob!

Intisari-Online.com– Snob adalah gangguan kejiwaan saat seseorang merasa dirinya lebih dari kenyataan sebenarnya. Misalnya sok tahu, sok kaya, sok gengsi, sok pintar, sok kuasa, sok suci, dan sok-sok lainnya.

Kalau orang awam yang tidak mengerti bahwa ini adalah jenis penyakit psikis, akan melihat orang dengan gangguan snob adalah orang yang norak. Hampir sama seperti gangguan lainnya, si penderita biasanya tidak menyadarinya. Kelakuannya yang menganggap dirinya super justru batu sandungan bagi orang lain.

Orang Snob berupaya untuk mengangkat derajatnya menjadi lebih tinggi, padahal ceritanya itu semu dan dilebih-lebihkan. Ia tidak mau belajar dari orang lain karena merasa sok pintar. Tak mau menerima pendapat orang lain karena sok paling benar, dan paket sok-sok lainnya. Cara berpikirnya sangat rendah dan dipandang negatif oleh orang lain karena berbagai sifat sok tadi.

Sok kaya padahal tidak, sok pintar tapi tidak lulus-lulus kuliah, sok tahu suatu bidang ilmu padahal tak pernah membaca. Seringkali sindrom ini muncul secara tidak disadari. Mereka yang snob mulai berkoar padahal tidak sesuati spesifikasinya.Misalnya kasus kematian Mirna Salihin dan LGBT baru-baru ini. Munculnya di berbagai media (termasuk media sosial) berbagai pakar hukum, pakar psikologi, pakar LGBT yang mengaku khatam, tapi ternyata hanya tong kosong. Muncullah berbagai komentar-komentar yang tidak berdasar. Ya, itulah snob!

Si snob tidak pernah melakukan verifikasi dan klarifikasi sehingga pernyataannya tidak berdasar. Ia cenderung menuduh dan menganggap orang lain remeh. Misalnya ada seorang yang sudah melakukan ibadah haji, menganggap dirinya lebih suci dari yang belum naik haji. Ada pula orang yang menambah-nambahkan gelar di belakang namanya, padahal ia sendiri tidak pernah mengecap bangku perguruan tinggi.

Ia cenderung suka melebih-lebihkan fakta. Sebenarnya ia hanya naik sepeda motor, mengaku-ngaku mengendarai mobil. Cara berpakaian tidak sesuai kemampuan ekonomi agar dianggap orang kaya. Ia juga cenderung materialistis dan merasa enggan bergaul dengan orang-orang yang dianggapnya miskin.

Si snob juga malu membeli barang-barang murahan, suka menilai kepribadian orang lain melalui hartanya, sok merasa jijik makan di kaki lima, gila merek walau tidak tahu yang dikenakannya hanya barang KW, suka menganggap orang lain kampungan, dan ia juga cenderung mengajari orang lain dengan teori dengan bahasa tinggi agar dianggap pintar.

Penyebab utama snob adalah ingin diakui, bisa jadi pula karena kegagalan, dan ingin dihargai. Untuk menyembuhkannya, ia harus sadar posisi dirinya dan kita juga dapat menolongnya agar dia tersadar dari kondisi yang dibangunnya sendiri. Karena penyakit snob dapat dihindari dengan berpikir positif dan senantiasa mengoreksi diri.