Intisari-Online.com –Kebanyakan pasien anak yang datang rumah sakit mata adalah anak-anak dengan keluhan penglihatan yang kabur. Rata-rata mata minus alias rabun jauh. Penyebab utamanya tidak jauh-jauh dari kebiasaan anak yang tampaknya sudah tak bisa lepas dari gadget.
Orangtua memang mesti bijak soal membatasi penggunaan gawai pada anak. Karena cahaya dan radiasi dari layar gawai sangat tidak baik bagi mata anak jika digunakan berlebihan. Bukannya tidak boleh, hanya saja mata anak bisa lelah dan tegang kalau dipaksa melihat layar gadget terus menerus.
Ada satu kasus yang terjadi pada anak yang terus main game di smartphone selama liburan sekolah. Karena tidak dipantau orangtua, si anak kebablasan hingga tidak membiarkan matanya beristirahat.
Akibatnya, penglihatannya terganggu. Ia melihat segala objek seolah bercahaya terang. Syukurlah gangguan tersebut masih dapat disembuhkan setelah dua minggu dengan kondisi itu.
Persoalannya makin kompleks kalau anak-anak sering diam-diam menggunakan gadget-nya. Misalnya di malam hari, orangtuanya mungkin melihatnya sudah tidur, tapi ternyata anak tersebut masih asyik dengan gadget-nya di bawah selimut hingga larut malam.
Ini malah lebih bahaya, sebab cahayanya langsung kontras dengan mata. Sering-sering begini, jangan heran kalau minus mata anak bisa langsung melonjak tinggi saat diperiksa.
Makin betah anak dengan gadget, makin besar kemungkinan matanya semakin rusak. Layar gawai yang dipandangi terus menerus bisa menyebabkan kerusakan pada sel retina. Akhirnya terjadilah ketegangan mata yang membuat mata meradang dan terasa nyeri.
Jadi, orangtua mesti mengawasi anak kalau tidak ingin mata anak semakin rusak gara-gara paparan gadget berlebihan. Jika anak sudah sering menggunakan gadget, sebaiknya memang dilakukan pemeriksaan mata lengkap sejak dini. Waspada, mata anak adalah aset yang sangat berharga untuk hidup dan masa depannya.