Bambang Sudibyo: Rasio Gini Indonesia Saat Ini Lebih Besar Dibanding Zaman Soeharto yang Otoriter

Ade Sulaeman

Editor

Bambang Sudibyo: Rasio Gini Indonesia Saat Ini Lebih Besar Dibanding Zaman Soeharto yang Otoriter
Bambang Sudibyo: Rasio Gini Indonesia Saat Ini Lebih Besar Dibanding Zaman Soeharto yang Otoriter

Intisari-Online.com - Guru Besar Universitas Gajah Mada sekaligus mantan menteri keuangan, Bambang Sudibyo khawatir dengan ketimpangan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Bahkan, Bambang menilai rasio gini Indonesia saat ini lebih besar dibanding zaman Soeharto yang otoriter.

Rasio gini sendiri merupakan alat mengukur derajat ketidakmerataan distribusi penduduk yang dibuat oleh Corrado Gini, ahli statistik dan sosiolog Italia.

Penilaian Bambang tersebut merujuk pada rasio gini Indonesia yang berada pada angka 0,36 saat Susilo Bambang Yudhoyono mulai memerintah (2005) namun kemudian meningkat menjadi 0,41 pada 2011.

“Dulu zaman Pak Harto saja belum pernah seperti ini (ketimpangan tinggi). Pak Harto saja yang otoriter tidak pernah indeks gininya setinggi ini. Dan ini terjadi pada zaman SBY,” tutur Bambang di Jakarta, Jumat (10/10/2014).

Bambang Sudibyo melihat pembangunan yang gagal menjadi penyebab rasio gini Indonesia saat ini lebih besar dibanding zaman Soeharto yang otoriter. Kondisi serupa juga terjadi di Thailand, Singapura, Malysia, dan Argentina.

Lain halnya dengan negara-negara seperti Perancis (0,32), Taiwan (0,326), Korea (0,321), serta Jerman (0,27) yang mampu melakukan pembangunan secara merata.

Selain jurang yang semakin jauh antara kalangan kaya dan rakyat miskin, dampak negatif lain yang dapat muncul, menurut Bambang adalah Indonesia menjadi negara yang suka cari “gara-gara” seperti China.

Partai Komunis yang berkuasa di China sangat korup sekaligus sangat sadar besarnya dorongan pemberontakan dari rakyat di bawah. Untuk mengatasi kondisi tersebut, pemerintah China bukan mengurangi ketimpangan, mereka justru menggunakan dendam rakyat terhadap Jepang sebagai pengalihan.

“Pemerintah China paham betul akan berat menghadapi rakyatnya sendiri, sehingga mereka membuat sengketa dengan Jepang. Kemarahan rakyat yang tadinya vertikal menjadi horizontal,” jelas Bambang.

Dengan kondisi rasio gini Indonesia saat ini lebih besar dibanding zaman Soeharto yang otoriter, maka menurut Bambang Sudibyo, yang akan menjadi kambing hitam adalah Malaysia. (kompas.com)