Intisari-Online.com - Tragedi AirAsia QZ8501 diprediksi tidak akan mempengaruhi bisnis penerbangan berbiaya murah di Indonesia. Apalagi, sampai saat ini dugaan terbesar dari tragedi ini adalah faktor cuaca.
Hal tersebut disampaikan oleh pengamat penerbangan Dudi Sudibyo. Dirinya menilai layanan penerbangan berbiaya murah atau low cost carrier (LCC) di Indonesia.
“LCC masih menjadi favorit masyarakat menengah ke bawah. Kalau kelas atas mereka pilih medium atau full service,” tutur Dudi kepeada Kontan, Selasa (30/12/2014).
Apalagi, menurut Dudi, masyarakat Indonesia, khususnya yang suka menggunakan transportasi udara sudah mengetahui bahwa meski berbiaya murah, maskapai penerbangan tetap mengutamakan keamanan dan keselamatan. Hanya faktor kenyamanan dan layanan di atas pesawat saja yang dibedakan.
Prediksi bahwa tragedi AirAsia QZ8501 tidak akan mempengaruhi bisnis penerbangan berbiaya murah di Indonesia juga disampaikan oleh Plt Direktur Utama PT Citilink Indonesia Albert Burhan. Menurut Albert, konsumen Indonesia cukup paham dan mengerti penyebab kecelakaan yang menimpa pesawat AirAsia yang membawa 155 penumpang tersebut.
"Kalau melihat kejadiannya, mungkin ada berdampak sehari sampai dua hari saja, tapi ini tak banyak, karena sekarang musim liburan," ujar Albert.
Menurut Albert, sejak AirAsia QZ 8051 dinyatakan hilang, pihaknya belum menerima pembatalan tiket akibat hilangnya pesawat milik kompetitor itu. Saat ini, tingkat keterisian penumpang Citilink Indonesia melonjak hingga 85 persen - 90 persen.
Bisnis penerbangan berbiaya murah mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 2000. Lion Group tercatat sebagai pioneer dalam bisnis ini menyusul kemudian Indonesia AirAsia dan Citilink Indonesia merangsek masuk. (kontan.co.id)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR