Evakuasi AirAsia QZ8501: Lautnya Dangkal, Alat-alatnya Berteknologi Canggih, Tapi...

Moh Habib Asyhad

Editor

Evakuasi AirAsia QZ8501: Lautnya Dangkal, Alat-alatnya Berteknologi Canggih, Tapi...
Evakuasi AirAsia QZ8501: Lautnya Dangkal, Alat-alatnya Berteknologi Canggih, Tapi...

Intisari-Online.com -Lautnya dangkal, teknologi yang dikerahkan canggih, tapi apa lacur, proses evakuasi AirAsia QZ8501 belum berjalan sesuai yang diinginkan. Selain karena cuaca yang buruk ada beberapa faktor lain yang menyebabkan proses penyelamatan berjalan relatif lamban.

Perairan Laut Jawa dekat Selat Karimata sejatinya adalah wilayah perairan yang tak terlalu dalam. Hanya berkisar 30 – 40 meter. Meski demikian, jangan pernah anggap remeh perairan tersebut, kondisi dasar lautnya yang didominasi material lempung, lumpur, dan pasir halus, adalah persoalan tersendiri dalam proses pencarian.

Cuaca buruk dengan arus kencang membuat kondisi ari menjadi keruh. Tak heran jika puluhan penyelam dengan kualifikasi tempur sekalipun tidak mampu beraksi, kecuali menunggu badai reda. Begitu juga dengan alat-alat supercanggih buatan manusia yang kesulitan untuk dioperasikan.

Hingga kini, setidaknya ada empat alat supercanggih yang diturunkan dalam proses evakuasi. Alat pertama adalah multibeam echosounder. Sinyal balik gelombang suara akan dianalisis untuk memastikan kedalaman laut. Kontur umum Laut Jawa adalah datar karena itu disebut dataran Sunda.

Alat kedua adalah magnetometer. Alat ini digunakan untuk mendeteksi benda-benda logam. Oleh karena yang dicari adalah bangkai pesawat, termasuk posisi kotak hitam. Jika citra menonjol tersebut dipastikan logam, diturunkan alat lain bernama side scan sonar. Alat ini untuk mendeteksi gambar dua dimensi tersebut. Hasilnya mirip fotokopi hitam putih atau ultrasonografi (USG) pada pemeriksaan kehamilan.

Jika pemindaian sonar dinyatakan tepat, langkah selanjutnya adalah dengan menurunkan remote operated vehicle (ROV). ”Melalui kamera itu dapat benar-benar dipastikan bahwa benda menonjol, logam, mirip bangkai pesawat itu sejatinya apa,” kata Ketua Tim Pencarian Pesawat AirAsia QZ 8501 Balai Teknologi Survei Kelautan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Rahadian, seperti dilansir dari Tribunnews.com.

Untuk diketahui, keempat alat canggih itu berada di beberapa kapal yang diturunkan di Selat Karimata untuk proses evakuasi: Kapal Baruna Jaya 1, KRI Bung Tomo, kapal geosurvei milik Asosiasi Kontraktor Survey Indonesia; juga beberapa kapal asing yang membantu operasi SAR.

Sementara untuk proses evakuasi bangkai kapal diperlukan kapal yang dilengkapi dengan sistem kendali kestabilan kapal atau dynamic positioning system (DPS). Dengan melihat kondisi Selat Karimata yang dinamis, cukup berisiko jika evakuasi hanya menggunakan tenaga penyelam. Kapal dengan DPS biasanya digunakan pada pengeboran minyak lepas pantai untuk menjaga posisi kapal tetap di atas pipa.

Kapal jenis itu antara lain dimiliki Kementerian Kelautan dan Perikanan yang dinamai Bawal Putih III yang panjangnya 42 meter.

Meskipun demikian, seperti yang diutarakan oleh SB Supriyadi, Direktur Operasional Basarnas, “Tak ada yang bisa melawan kekautan alam,” meskipun peralatan yang diturunkan dalam proses evakuasi AirAsia QZ8501 tergolong sangat canggih.