Intisari-Online.com -Presiden Kenya baru saja membakar ribuan gading gajah untuk mencegah perburuan liar di wilayah tersebut. Jika ditotal, berat gading-gading itu—ditambah sejumlah cula badak—mencapai lebih dari 105 ton.
Seperti disebut di awal, langkah ini merupakan pernyataan sikap pemerintah Kenya terhadap maraknya perburuan dan perdagangan gading dan cula ilegal. Kita tahu, gajah dan badak bercula termasuk dalam jenis spesies yang terancam punah.
Uhuru Kenyata membakar 11 unggun gading gajah dan satu unggun cula badak. Hal ini diyakini menjadi jumlah gading dan cula terbesar yang pernah terbakar. Menurut catatan Kenya Wildlife Service, unggunan gading itu mewakili lebih dari 8.000-an gajah dan sekitar 343 ekor badak yang dirampas gading dan culanya.
Kenyata menekankan, pihaknya akan mendorong pelarangan secara total perdagangan gading pada pertemuan ke-17 Convention on International Trade of Endangered Species yang akan diselenggarakan di Afrika Selatan akhir tahun ini. Baginya, gading sama berharganya dengan gajah itu sendiri.
Alih-alih menjualnya seperti yang disarankan para kritikus, pemerintah Kenya memutuskan untuk membakar gading yang jika dijual harganya bisa mencapai 150 milyar dolar AS (sekitar Rp1,9 triliun). Menurut mereka, uang hasil penjualannya bisa digunakan untuk pengembangan Kenya dan satwa liarnya.
Tapi Kenyata dengan tegas menolaknya. Baginya, tidak seharusnya gading dikomersilkan—untuk alasan apa pun.
Sementara kritikus lain menyebut bahwa aksi pembakaran itu tidak akan menghentikan perdagangan gading ilegal dan mengakhiri pembunuhan gajah. Selain budaya korupsi, ada celah yang keropos di perbatasan Kenya yang mudah ditembus oleh geng internasional.(Metro.co.uk)