Intisari-Online.com -Munkin maskapai penerbangan ini berbeda dengan maskapai penerbangan yang lain, terutama soal penggunakan bahan bakar. Tidak biasa, maskapai penerbangan Alasa Airlines menggunakan jagung sebagai bakar dua pesawat penumpangnya. Bukan jagung glondongan, tapi biodiesel jagung yang dicampur dengan avtur.
Maskapai ini mengklaim bahwa mereka merupakan maskapai pertama yang menggunakan campuran fermentasi jagung untuk bahan bakar. Kedua pesawat tersebut bertolak dari Seattle. Satu pesawat menuju San Francisco, dan lainnya menuju Washington DC.
Biodiesel tersebut dikembangkan oleh perusahaan Gevo yang berkantor di negara bagian Colorado. Proses produksinya mirip dengan proses pembuatan etanol. Gevo menyatakan, mereka membeli langsung jagung dari petani-petani di negara bagian South Dakota.
Kemudian, protein nutrisinya dipisahkan untuk pakan ternak yang lalu dikonversikan menjadi isobutanol dan akhirnya menjadi bahan bakar pesawat. Bahan bakar pesawat yang berasal dari isobutanol tersebut baru diizinkan untuk digunakan di pesawat komersial pada Maret 2016 lalu oleh regulator AS.
Pesawat milik maskapai Alaska Airlines ini bukan pesawat pertama yang menggunakan bahan bakar campuran. Pesawat komersial pertama yang menggunakan bahan bakar campuran biodiesel dengan bahan bakar konvensional tercatat terbang pada tahun 2011 lalu.
Akan tetapi, pengadopsian penggunaan bahan bakar alternatif oleh maskapai penerbangan butuh biaya besar karena harganya mahal. Pada saat bersamaan, harga minyak turun dan membuat harga bahan bakar konvensional lebih murah.
Gevo menyatakan, bahan bakar alternatif tersebut bisa berasal dari bahan lain yang lebih murah, seperti tebu atau kayu bekas. Adapun Alaska Airlines mengaku, penggunaan bahan bakar campuran itu bisa mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 50 persen.(Kompas.com)