---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia bertemu dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Bale Tawangarung, Balaikota Surakarta, Jawa Tengah, pada Senin (30/5). Pertemuan itu adalah untuk membahas kolaborasi dalam mendorong produksi beras berkelanjutan melalui SWITCH-Asia Low Carbon Project (Proyek Beras Rendah Karbon SWITCH-Asia).
Delegasi Uni Eropa diwakili Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, H.E. Denis Chaibi, sementara Pemprov Jateng langsung diwakili oleh Gubernur Jawa Tengah Komjen Pol (P) Drs Ahmad Luthfi. Turut hadir juga Walikota Surakarta Respati Ardi.
Mereka menyampaikan pandangan masing-masing terkait perkembangan dan kolaborasi saat ini dan untuk masa depan di bawah Program SWITCH-Asia. Jawa Tengah sendiri memegang peran penting dan strategis dalam sektor beras dan penanganan iklim di Indonesia.
Proyek SWITCH-Asia Low Carbon Rice Project yang didanai oleh Uni Eropa dan diimplementasikan oleh Preferred by Nature bekerja sama dengan Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI) dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP). Mereka mendukung para petani lokal dengan memberikan fasilitasi serta pendampingan kepada 150 penggilingan padi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Mereka juga memperkenalkan teknologi pascapanen yang lebih ramah lingkungan, dari penggilingan bertenaga diesel menjadi penggilingan berbasis energi listrik. Tujuannya adalah untuk mengurangi emisi karbon pada tahap penggilingan, menurunkan biaya produksi, dan meningkatkan mata pencaharian produsen beras.
"Proyek ini merupakan bukti bagaimana aksi iklim dan pembangunan ekonomi dapat seiring berjalan. Di Jawa Tengah, saya dan para duta besar yang lain telah melihat dampak nyata dari inovasi berkelanjutan-emisi yang lebih rendah, ekonomi pedesaan yang lebih kokoh, dan kerja sama yang lebih erat antara Eropa dan Indonesia. Program SWITCH-Asia menekankan komitmen kami terhadap kemitraan berkesinambungan yang bermanfaat bagi masyarakat dan bumi," ujar Denis Chaibi.
Sebagai informasi, Jawa Tengah adalah salah satu wilayah penghasil besar terbesar di Indonesia. Wilayah ini pun memegang peran kunci dalam proyek SWITCH-Asia Low Carbon Rice Project. Kabupaten-kabupaten seperti Klaten, Sragen, dan Boyolali telah menjadi lokasi percontohan bagi penggilingan-penggilingan padi yang telah mulai beralih ke praktik-praktik hemat energi, meningkatkan rantai nilai setempat, dan berkontribusi pada tujuan iklim nasional.
“Jawa Tengah adalah salah satu provinsi terbesar dengan jumlah penduduk 37 juta orang di 36 kabupaten dan kota. Selain itu, Jawa Tengah adalah produsen beras nomor 2 di Indonesia, menyumbang pangan beras sebesar 18% dari kebutuhan beras nasional. Di Jawa Tengah juga terdapat sejumlah Proyek Strategis Nasional, dan kami mengundang investasi dari dalam maupun luar negeri dalam bidang swasembada pangan, ekonomi hijau, dan pariwisata. Ekonomi Jawa Tengah sangat sehat dan kami akan membantu mengawal proses perizinan serta memberikan insentif pajak untuk proyek ekonomi hijau,” ujar Ahmad Luthfi.
Pemerintah Kota Surakarta menyelenggarakan pertemuan ini sebagai bagian dari upaya untuk memposisikan diri sebagai pusat tata kelola pemerintah yang ramah lingkungan disertai pembangunan yang inklusif.
“Kami meyakini bahwa pengembangan pertanian rendah karbon, sebagaimana diusung dalam proyek SWITCH-Asia Low Carbon Rice, sangat selaras dengan visi Kota Surakarta dalam menciptakan ekosistem pertanian yang berkelanjutan. Pendekatan yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga berbasis pemberdayaan masyarakat dan inovasi teknologi, merupakan langkah strategis dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan krisis pangan. Melalui pertemuan ini, kami berharap dapat bertukar pandangan, memperkuat kolaborasi, serta meningkatkan peran Kota Surakarta dalam jejaring kerja sama global, khususnya dalam agenda transformasi sistem pangan dan adaptasi perubahan iklim,” tutur Respati Ardi.
Pertemuan dengan Pemerintah Jawa Tengah di Surakarta hari ini merupakan kegiatan pertama dalam rangkaian agenda kunjungan rombongan Uni Eropa ke Surakarta, Madiun, dan Surabaya terkait SWITCH-Asia Low Carbon Rice Project. Setelah pertemuan di Surakarta, rombongan Uni Eropa akan melanjutkan perjalanan ke Madiun untuk melakukan kunjungan lapangan ke lokasi implementasi proyek beras rendah karbon oleh para mitra pelaksana, termasuk meninjau ke penggilingan dan sawah padi dan berdialog dengan kelompok petani beras setempat.
Setelah menyelesaikan kunjungan di Madiun, rombongan Uni Eropa akan mengakhiri rangkaian agenda dengan pertemuan bilateral antara Uni Eropa dan Emil Elestianto Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur untuk berdiskusi tentang ketahanan pangan dan keberlanjutan stok pangan pokok nasional di Jawa Timur.
Sebagai informasi, Program SWITCH-Asia merupakan salah satu inisiatif utama Uni Eropa untuk mempromosikan Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan (Sustainable Consumption and Production/SCP) yang telah berjalan di 42 negara di wilayah Asia, Timur Tengah, dan Pasifik. Sejak diluncurkan, program ini telah mendanai 158 proyek yang melibatkan lebih dari 500 mitra di benua Asia dan Eropa, yang secara langsung dan tidak langsung mendukung hingga 80.000 UMKM.