Mengulik Sejarah Tradisi Gowok dalam Masyarakat Jawa dan Perkembangannya saat Ini

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Orang-orang penasaran dengan sejarah tradisi gowok seiring dengan akan dirilisnya film Gowok Kamasutra Jawa (IG Hanungbramantyo)
Orang-orang penasaran dengan sejarah tradisi gowok seiring dengan akan dirilisnya film Gowok Kamasutra Jawa (IG Hanungbramantyo)

Orang-orang penasaran dengan sejarah tradisi gowok seiring dengan akan dirilisnya film Gowok Kamasutra Jawa.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Gowok sedang ramai diperbincangkan, seiring dengan akan dirilisnya film Gowok Kamaustra Jawa garapan Hanung Bramantyo. Kita pun bertanya-tanya, bagaimana sejarah tradisi gowok dalam masyarakat Jawa?

Mengutip sebuah artikel berjudul "Gowokan, Persiapan Pernikahan Laki-laki Banyumas" yang tayang di Jurnal UMP, sebagaimana dilansir Kontan.co.id, gowok adalah adalah praktik relasi sosial yang berkembang di wilayah Jawa Tengah, yang melibatkan hubungan antara wanita dewasa dan remaja laki-laki.

Masih dari sumber yang sama, praktik gowok sangat kompleks. Ia melibatkandimensi sosial, ekonomi, kultural, hingga seksual. Untuk saat ini, tentu ia menghadirkan perbedabatan di tengah masyarakat. Meski begitu, ia tetap relevan untuk dibicarakan.

Tradisi gowok diperkirakan sudah ada sejak zaman kolonial atau sebelum itu. Ia menjadi bagian daristruktur sosial patron-klien dalam masyarakat feodal Jawa. Dalam struktur ini, seorang wanita dewasa menyediakan nafkah, tempat tinggal, dan bahkan pendidikan kepada seorang remaja laki-laki.

Sebagai imbalannya, si remaja memberikan loyalitas, pelayanan, dan dalam beberapa kasus, hubungan emosional atau seksual. Relasi ini tidak secara eksplisit diakui oleh norma resmi, tetapi ditoleransi dalam lingkungan tertutup seperti keraton atau komunitas seniman dan abdi dalem.

Gowok seringkali dianggap sebagai "bentuk pengasuhan alternatif" atau semacam mentorship sosial yang memiliki banyak arti. Sementara, frasa lain untuk wilayah Banyumasan, gowok dikenal dengan gowokan.

Gowok adalah sebuah profesi dari seorang perempuan, biasanya ronggeng berusia sekitar 23 tahun-30 tahun untuk memberikan pemahaman tentang hubungan seks bagi laki-laki (remaja) yang akan melangsungkan pernikahan.

Interaksi antara gowok dengan seorang perjaka yang menjadi “muridnya” disebut gowokan. Sayangnya, tidak semua wanita bisa menjadi Gowok, karena perlu memiliki keahlian dan tahan terhadap godaan saat Gowokan dilakukan.

Bagaimana tata cara pergowokan?

Pertama-tama, gowokan dimulai setelah seorang perjaka membuat lamaran dan diterima oleh pihak perempuan dan tanggal pernikahan ditentukan, kedua keluarga—baik dari pihak calon pengantin laki-laki maupun perempuan—akan menentukan siapa gowok yang akan dipilih untuk memberikan "pendidikan" kepada calon pengantin laki-laki.

Setelah mencapai kesepakatan, keluarga menghubungi gowok tersebut dan melakukan transaksi. Saat gowok bersedia, pihak keluarga memberikan mahar sebagaimana yang akan diberikan kepada calon pengantin perempuan, ditambah dengan “bebungah” atau hadiah sesuai kesepakatan.

Calon pengantin laki-laki kemudian diserahkan sepenuhnya kepada gowok. Pendidikan ini bisa dilakukan di rumah gowok, atau gowok diundang ke rumah calon pengantin.

Seorang gowok akan memberikan pelajaran mengenai kehidupan rumah tangga, bukan hanya soal hubungan seksual, tetapi juga hal-hal praktis seperti cara memperlakukan istri dengan baik dan cara bersosialisasi, misalnya menghadiri hajatan. Selama masa ini, mereka tinggal berdua layaknya pasangan suami istri, termasuk memiliki dapur sendiri sebagai simbol kehidupan bersama.

Masa “pergowokan” ini umumnya berlangsung hanya beberapa hari, maksimal satu minggu.

Tujuan gowok?

Munculnya fenomena gowok adalah supaya calon pengantin laki-laki sudah memiliki keterampilan dalam urusan seksual saat malam pertama, bahkan mampu membimbing istrinya dalam menjalani hubungan seksual yang memuaskan. Dalam konteks ini, gowok berperan sebagai "guru laki", yakni guru yang mengajarkan tentang hubungan suami-istri.

Secara historis, praktik gowok memiliki beberapa fungsi. Di antaranya gowokmemperkuat posisi sosial pria dewasa yang ingin memperluas pengaruhnya di komunitas lokal.

Tapi seiring berjalannya waktu, praktik gowok mulai menghilang. Sekarang, untuk belajar urusan ranjang dan berumah tangga, sudah ada pelajarannya sendiri. Bahkan kita bisa belajar lewat internet.

Meski begitu, mempelajari tradisi gowok tetap penting, terutama untuk tahu dan memahami bagaimana kekuasaan, seksualitas, dan budaya berinteraksi dalam sejarah masyarakat lokal. Dalam konteks ini adalah masyarakat Jawa.

Gowok menjadi contoh bahwa suatu praktik budaya dapat mengalami reinterpretasi drastis seiring perubahan moral dan hukum dalam masyarakat. Itulah penjelasan terkait apa arti Gowok dalam Tradisi Jawa yang mulai ditinggalkan terkait praktik pra nikah.

Artikel Terkait