Firda Marsya Kurnia Vokalis Voice of Baceprot (VoB) Masuk BBC 100 Women 2024, Satu-satunya dari Indonesia

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Firda Marsya Kurnia vokalis Voice of Baceprot (VoB) masuk dalam BBC 100 Women 2024 sebagai perempuan inspiratif (KOMPAS.com/Syakirun Ni'am)
Firda Marsya Kurnia vokalis Voice of Baceprot (VoB) masuk dalam BBC 100 Women 2024 sebagai perempuan inspiratif (KOMPAS.com/Syakirun Ni'am)

Firda Marsya Kurnia vokalis Voice of Baceprot (VoB) masuk dalam BBC 100 Women 2024 sebagai perempuan inspiratif. Satu-saatunya dari Indonesia.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -BBC baru saja merilis BBC 100 Women 2024 yang berisi 100 perempuan inspiratif dan berpengaruh di seluruh dunia, Selasa (3/12). Ada satu dari Indonesia, namanya Firda Masrya Kurnia, vokalis sekaligus gitaris band metal Voice of Baceprot (VoB).

VoB adalahband heavy metal asal Garut, Jawa Barat, di mana ketiga personelnya perempuan berjilbab. Firda di vokal dan gitar, lalu ada Widi Rahmawati di bassis, dan Euis Siti Aisyah pada drum.

BBC mengapresiasiFirda bersama Voice of Bceprot yang tetap berkarya meski menghadapi berbagai tantangan. Begini BBC mendeskripsikan Firda:

"Menentang norma gender dan agama bukanlah hal baru bagi Firda Marsya Kurnia, vokalis utama dan gitaris di band heavy metal Voice of Baceprot, yang beranggotakan para perempuan berjilbab."

"Bernyanyi dalam bahasa Inggris dan Sunda, salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di Indonesia, lirik lagu trio ini mengungkapkan rasa frustrasi mereka terhadap patriarki. Menjadi grup band metal yang seluruh anggotanya berjilbab, mereka mendapat banyak penolakan dari kelompok Muslim konservatif."

"Namun, grup musik ini telah berkembang pesat sejak memulai karier 10 tahun lalu di sebuah sekolah di Garut, Jawa Barat. Tahun ini, mereka tampil di Glastonbury, menjadi grup musik Indonesia pertama dalam 54 tahun festival musik tersebut berlangsung."

BBC100 Women 2024 dibagi dalam lima kategori sesuai dengan bidang kontribusi. Selain "Hiburan dan Olahraga", ada kategori "Pelopor Iklim", "Budaya dan Pendidikan", "Politik dan Hukum", serta "Sains, Kesehatan dan Teknologi".

Di antara mereka yang masuk dalam daftar tersebut, termasuk Peraih Nobel Perdamaian Nadia Murad, korban pemerkosaan dan aktivis Gisèle Pelicot, aktris Sharon Stone, atlet Olimpiade Rebeca Andrade dan Allyson Felix, penyanyi Raye, seniman visual Tracey Emin, aktivis iklim Adenike Oladosu, penulis Cristina Rivera Garza, dan lain sebagainya.

BBC menyaksikan, perempuan harus berjuang keras dan bertahan menghadapi berbagai tantangan saat ini. Para perempuan harus menghadapi konflik mematikan dan krisis kemanusiaan di Gaza, Lebanon, Ukraina, dan Sudan, hingga menyaksikan polarisasi dalam masyarakat akibat sejumlah besar pemilu di seluruh dunia.

BBC 100 Women mengakui betapa beratnya beban yang ditanggung perempuan tahun ini. BBC 100 Women 2024 menjadi sebuah perayaan atau apresiasi bagi para perempuan yang dengan ketangguhan luar biasa, mampu mendorong perubahan seiring dengan perubahan dunia di sekitar mereka.

Daftar ini juga tetap berkomitmen mengeksplorasi dampak darurat iklim, dengan menyoroti para pelopor iklim yang bekerja untuk membantu komunitas mereka mengatasi dampaknya dan beradaptasi dengannya.

Pernah kena DO

Firda pernah bercerita bahwa ketiga personel VoB pernah kena drop out (DO) saat SMA. "Kita bermasalah sama sekolah yang pertama," ujar Firda, sebagaimana dikutip dari Kompas.com. Ketika itu VoB yang sudah terbentuk sejak mereka masih Madrasah Tsanawiyah (MTs)--setara SMP--mulai sering diundang untuk tampil.

Suatu ketika mereka diundang salah satu stasiun televisi. Pembawa acara menanyakan apakah sekolah mendukung mereka bermusik. Marsya dan dua temannya menjawab dengan jujur mengenai apa yang mereka alami.

Sekolah tidak mendukung mereka bermusik. "Jadi kayak pihak sekolah merasa bahwa kenapa kamu menjelekkan sekolah sedangkan kamu masih di sini? Terus huru-hara lah di situ hahaha huru hara," ujarnya.

Beberapa waktu kemudian, kakak Siti dipanggil ke sekolah dan diminta untuk mengundurkan diri. Marsya pun kaget sementara orangtuanya tidak mau ke sekolah, dia pun mogok berangkat ke sekolah selama dua minggu.

"Mereka ketergantungan sama aku," ujar Siti sembari tertawa lepas.

Sementara itu, Widi tetap bertahan di sekolah. Menurut Marsya, dia mencoba mempertahankan segalanya. Namun, karena tinggal seorang diri dia diejek teman sekelasnya.

Widi memutuskan untuk menyusul dua kawannya. Mereka kemudian pindah ke sekolah yang belum lama berdiri. "Kita ke sekolah baru, pihak sekolah baru ngomong kalau kita dari sekolah lama itu di-drop out," kenang Marsya.

Alhamdulillah-nya, sekolah baru itu tidak mempermasalahkan riwayat trio VoB yang pernah di-DO. "Itu sekolah baru, butuh promosi. Kita saling membutuhkan," ujar Marsya terbahak.

"Kita enggak tahu sih di tempat lain, tapi yang kita rasain di tempat asal kita itu busuk banget. Sebusuk itu," tambah Firda. Setelah lulus, trio VoB menjadi lebih leluasa mengungkapkan unek-uneknya soal pahitnya dunia sekolah yang mereka alami.

Widi misalnya, mengungkapkan bagaimana salah seorang guru memberikan pemahaman yang begitu kaku dan seksis di dalam kelas. Salah satu gurunya, seorang perempuan, pernah mengingatkan bahwa hakikatnya perempuan tidak boleh dipertontonkan atau menjadi perhatian banyak orang.

Karena itu, sebagai perempuan Widi dinilai tidak pantas naik ke atas panggung dan dilihat banyak penonton. "Jadi aku tuh manggung-manggung kayak gitu enggak baik. Katanya, bukan hakikat seorang perempuan," kenang Widi.

Tapi Widi melihat pernyataan itu bertentangan dengan gurunya sendiri. "Kan dia diem di depan kelas kan ditonton sama murid ya," ujarnya tertawa.

Menurut Marsya, guru di sekolahnya saat itu cenderung memaksakan siswa untuk mengikuti kehendak mereka. Di sekolah, mereka tidak merasakan belajar dengan merdeka karena siswa-siswa cenderung diminta mengikuti kemauan gurunya.

Marsya dan teman-temannya pun merasakan bagaimana kelas yang hanya mereproduksi orang yang sama dari waktu ke waktu. "Jadi lebih ke tugas mereka itu cuma mencetak akhirnya. Jadi mencetak orang-orang yang sama seperti sebelumnya," kata Firda.

Tidak hanya itu, mereka juga merasakan bagaimana masa belajar di sekolah diajarkan untuk kompetitif. Siti misalnya, pernah diceramahi salah satu gurunya bahwa pencapaian VoB manggung di banyak tempat hingga masuk televisi sia-sia karena tidak mendapatkan ranking satu.

"Terus aku jawab, weh, dalam hati tapi, kan sudah ada yang ranking satu kenapa harus saya,” kata Siti disambut tawa lepas dua temannya.

Pengalaman masa sekolah yang dirasa tidak menyenangkan itu melatarbelakangi lagu "School Revolution" pada 2018. Melalui lagu itu, mereka mengungkapkan bagaimana seorang siswa dipaksa mewujudkan mimpi orang lain, mimpi guru-gurunya.

"Bila teriak merdeka bersiaplah ditabok atau dikatain,” bunyi sepenggal lirik lagu itu.

Marsya mengatakan, lagu tersebut diciptakan ketika mereka masih SMP, menceritakan kejenuhannya di sekolah. Namun, ternyata hari-hari mereka saat itu belum ada apa-apanya dibanding ketika SMA yang berujung pada drop out.

Personel VoB mengaku kelak sekolah bisa mewadahi apapun bakat yang dimiliki para siswa. Ketika seorang murid tidak pandai dalam ilmu eksakta misalnya, mereka bisa saja ahli dalam bidang olahraga atau seni.

Salah seorang temannya yang pandai betul menggambar realis hanya dibanggakan setahun sekali oleh gurunya saat event sekolah. “Sisanya ya udah, dia diperlakukan seperti murid-murid yang tidak pintar dalam matematika dan IPA,” ujar Marsya.

Pernah tidak disukai gurunya hingga didepak dari sekolah, Marsya, Siti, dan Widi justru mencapai panggung Glastonbury, Inggris. VoB menjadi satu-satunya sekaligus band asal Indonesia yang pertama kali diundang di festival musik dunia tersebut.

Marsya mengatakan, di panggung itu VoB akan menyuarakan krisis kemanusiaan yang terjadi di Palestina sampai masalah lingkungan. "Isu lingkungan karena kami di sana ada juga ikut gerakan sama GreenPeace," ujar Marsya.

Tiga anak yang didepak mengalami drop out itu, mengguncang Woodsies Stage, Jumat (28/6/2024). Sejumlah penonton yang terkesima mengunggah komentar-komentar mereka di media sosial.

"Indonesian muslim female metalheads. Representation matters. This earth matters. Your voice matters. Absolutely blown away," kata salah satu penonton.

Artikel Terkait