Barangkali tidak tidak ada dari kita yang tidak tahu siapa Albert Einstein. Tapi berapa banyak dari kita yang benar-benar tahu tentang sang jenius itu?
Artikel ini pertama tayang di Majalah Intisari edisi Mei 1979
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Albert Einstein putra Herman Einstein dan Pauline Koch, keduanya Yahudi. Dia lahir di Bahnhofstrasse (Jl. Stasiun) no.20 di Ulm, Jerman. Rumahnya bertingkat tiga di sudut pertigaan jalan. Rumah itu telah dirusakkan oleh perang dan tidak dibangun kembali.
***
Albert remaja suka menyendiri, tidak mau bermain dengan teman-temannya. Dia senang menyusun kartu sampai menjadi "istana" empat belas tingkat yang arsitekturnya rumit.
***
"Saya lebih suka Mozart daripada Beethoven," ujarnya.
"Beethoven sebagai pencipta memang lebih besar, tapi menurut anggapan saya musik Mozart sudah ada di alam semesta lama sebelumnya. Musik itu menunggu kelahiran seorang anak bernama Mozart sebelum membiarkan dirinya didengar manusia".
Sebagai anak berumur 13 tahun, permainan biola Einstein tidaklah cemerlang. Tapi pada suatu hari ia begitu tergugah oleh keindahan sebuah sonata.
"Karena itu saya mulai bermain sebaik-baiknya. Bukan kewajibanlah yang membuat kita berhasil dalam hidup, tapi rasa keindahan", katanya.
Selama 60 tahun berikutnya ia bermain biola hampir setiap hari. Tapi ia menolak sebuah biola mahal yang dihadiahkan seorang pengagumnya. "Jangan, saya hanya seorang amatir", katanya.
***
Sebagai remaja ia tidak lebih dari anak yang sedikit mengantuk. Teman-temannya memberi julukan "Biedermeier" yang sulit diterjemahkan. Artinya kira-kira kuno seperti zaman Biedermeier.
***
Ketika bekerja di kantor paten di Bern gajinya 3500 francs setahun. Walaupun ketika itu uang Swiss "lebih keras" tapi gaji ini masih termasuk kecil. Einstein memang cuma menginginkan hidup sederhana:
"Dapatkah orang menggambarkan Musa, Jesus atau Gandhi dilengkapi dengan kantong uang Carnegie?" (Andrew Carnegie adalah jutawan AS).
***
Pada hari pernikahannya dengan Mileva Marie tahun 1903, di depan pintu apartemen mereka Einstein merogoh-rogoh kantong mencari kunci pintu. Mileva menunggunya mengeluarkan pelbagai benda dari sakunya tapi kunci tidak ditemukan. Dia lupa di mana menaruh benda itu. Untungnya ia juga lupa mengunci pintu!
***
Sebagai "Privatdozent" di Swiss dia tidak dibayar. Untung kantor paten membayar terus gajinya dan Mileva menerima anak-anak yang mondok sehingga rumah mereka penuh sesak. "Dalam teori saya, saya menempatkan lonceng di seluruh penjuru alam, tapi di rumah saya sendiri tidak ada cukup tempat untuk sebuah lonceng pun," katanya.
***
Dengan Mileva dia mempunyai dua orang putra, Hans Albert dan Edward (1910), Einstein yang membayar mahal untuk menjadi warga negara Swiss, kemudian menjadi warga negara Jerman lag! karena cintanya kepada Jerman yang kalah dalam PD I dan simpatinya kepada Republik Weimar. Ia hidup di Berlin karena pekerjaannya.
Sedangkan istrinya di Swiss. Inilah awal dari perpisahan mereka. Mereka bercerai resmi Februari 1919. Bulan Juni berikutnya Einstein menikah dengan sepupunya dan temannya sejak kecil, Elsa.
***
Orang yang memperjuangkan penerimaan Einstein di Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Prusia adalah Max Planck. Ahli fisika Jerman yang termasyhur ini sahabatnya. Mereka sering main musik berdua, Albert main biola, Max main piano.
Nazisme kemudian memisahkan mereka tapi hati mereka tetap terikat. Planck tetap tinggal di Jerman tanpa mengingkari keyakinan demokratisnya. Hitler tidak berani mengusik-usik monumen kemegahan Jerman ini.
Einstein pernah menulis surat kepada Presiden Roosevelt untuk meminta pembuatan bom atom dihentikan, karena dalam pikirannya ia khawatir senjata itu memusnahkan banyak orang Jerman termasuk sahabatnya Max Planck.
***
Ketika Max Planck menjagoinya untuk masuk Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Prusia, Einstein ragu-ragu. "Saya mendapat perasaan seakan-akan saya ini seekor ayam betina yang bertelur atas perintah. Tapi mungkin saja sekarang telur saya sudah keluar semua! Ilham 'kan datangnya dari Tuhan!"
***
"Mengapa ayah sangat termasyhur?" Tanya Edward Einstein kepada ayahnya. "Dengar cerita ayah, nak. Pada suatu ketika ada sekelompok serangga yang hidup di permukaan sebuah bulatan tapi mereka tidak menginsafinya. Ayah seekor serangga yang menyadari hal itu".
***
Sebagai ahli fisika termasyhur, Einstein mendapat sebuah villa dari pemerintah daerah Berlin di Caputh, dekat Postdam (1932). Tapi Nazi makin lama makin berkuasa. Menjelang akhir tahun 1932, Albert dan Elsa pergi ke California. Sebelum pergi Einstein berkata kepada istrinya:
"Coba lihat baik-baik villa kita."
"Mengapa?"
"Karena kau tidak pernah akan melihatnya lagi".
Sebulan kemudian 31 Januari 1933, ketika sedang berdiskusi dengan ahli-ahli astronomi di Mount-Wilson, radio menyiarkan: Presiden Republik Weimar, Hindenburg, menunjuk Adolf Hitler sebagai Kanselir Reich.
Lebih dari 10.000 cendekiawan Yahudi dimasukkan ke kamp-kamp konsentrasi: ahli-ahli matematika, fisika, kimia, biologi, kedokteran, pelukis-pelukis, pemahat-pemahat, penulis-penulis drama, penulis-penulis roman, penyair-penyair.
***
Teman-teman sejawatnya yang berhasil kabur dari keganasan Nazi menginsafkan Einstein bahwa laboratorium-laboratorium besar di Eropah, termasuk di Jerman sedang mencoba membuat bom atom dari uranium dan ini berarti ancaman bagi umat manusia.
Jadi Einstein mengingatkan Presiden Roosevelt dengan surat bahwa elemen uranium tidak lama lagi bisa menjadi sumber energi baru yang penting.
Ternyata AS berhasil membuat bom atom yang dahsyat itu lebih dulu dari negara lain. Einstein mengira AS hanya mempergunakan senjata itu mengancam lawan.
Dia meminta Roosevelt agar bom itu jangan dipakai membunuh. Ternyata Roosevelt sudah meninggal ketika suratnya tiba dan baru kemudian suratnya dibaca orang.
Dalam sejarah, Einstein disebut pencipta bom atom karena fisika abad ke-20 lahir dari otaknya. Tapi Einstein sendiri sebenarnya tidak pernah menangani hal ini langsung.
Dia menulis: "Partisipasi saya dalam menghasilkan bom itu hanya surat saya pada Roosevelt."
***
Einstein tidak menyukai penindasan, ketidakadilan dan rasialisme. Dengan risau ia berkata: "Saya tahu sekarang bahwa manusia bukan keturunan gorila. Gorila tidak sejahat itu".
Republik Weimar mengganti nama Jl. Stasiun di Ulm menjadi Jl. Einstein untuk menghormati genius yang lahir di tempat itu. Nazi menggantinya lagi menjadi "Jl. Fichte". (Fichte adalah buah pohon cemara).
Kemudian jalan itu menjadi J. Einstein kembali. Einstein cuma mengangkat bahu.
"Gila! Sebaiknya namai saja jalan penunjuk angin."
***
Einstein mendapat kewarganegaraan AS tanggal 22 Juni 1940. Sebelumnya dia sudah mengajar di Princeton University. Semua orang kenal pada orangtua pandai yang tinggal di rumah sederhana di 112 Mercer Street ini.
Di tempat itu Elsa Einstein tampak mengangin-anginkan sprei di luar jendela. Pantalon Einstein tidak pernah berkenalan dengan setrika, pipanya aneka model dan ukuran, rambutnya yang panjang itu dirawat baik-baik dengan air bawang tapi tidak kenal sisir.
Dia menandai halaman buku yang sedang dibacanya dengan menyelipkan cek yang baru diterimanya. Untuk membayar tagihan-tagihan, Elsa kadang-kadang perlu berjam-jam membalik-balik halaman buku di kamar buku mereka.
***
Einstein tidak mempedulikan pakaiannya. Istrinya berhasil membujuknya membeli "smoking" untuk dipakai pada pertemuan-pertemuan resmi malam hari. Pernah pada suatu kesempatan dia muncul dengan pakaian itu, tapi tidak memakai kaos kaki.
"Saya tidak mau memakai kaos kaki lagi. Habis, selalu berlubang-lubang," katanya.
***
Tahun 1955 kesehatan Einstein memburuk. Dia pucat, menjadi lebih kurus, menderita tukak lambung dan phlebitis. Tanggal 13 April aortanya pecah tapi diharapkan bisa menutup sendiri. Dia sangat menderita tapi menolak suntikan penenang di ambulans yang membawanya ke klinik.
"Saya tidak mau ada upacara pemakaman", pesannya. "Saya tidak mau mempunyai makam. Bakarlah jenazah saya, abunya taburkan di tempat yang dirahasiakan".
Tanggal 18 April, dia tidur tenang di kamar rumah sakit ditunggui seorang perawat, Ny. Alberto Rozsel. Tiba-tiba pukul 1.15 perawat mendengar suara Einstein, tapi dalam bahasa Jerman.
Mungkin ia menanyakan Bibo, burung nuri kesayangannya yang mesti ditinggalkan di rumah. Atau biolanya? Kemudian wajahnya tampak tenang sekali seakan-akan sudah dibimbing malaikat ke tahta kebenaran yang selalu dicarinya.
Einstein pergi untuk selama-lamanya.