Arti Sebagai Bagian dari Unsur Esensial Ideologi, Mitos dalam Pancasila

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Kedua, bagaimana cara memperkuat ideologi Pancasila untuk ketahanan nasional Indonesia?
Kedua, bagaimana cara memperkuat ideologi Pancasila untuk ketahanan nasional Indonesia?

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di ufuk timur Nusantara, di mana fajar menyingsing dan embun pagi membasahi dedaunan, terhampar sebuah negeri yang dipersatukan oleh untaian nilai-nilai luhur.

Pancasila, lima sila yang terpatri dalam sanubari setiap insan Indonesia, bukan sekadar rumusan kata-kata, melainkan sebuah ideologi yang hidup, berdenyut, dan mengalir dalam nadi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Layaknya sebuah bangunan megah, ideologi Pancasila berdiri kokoh di atas fondasi yang kuat, salah satunya adalah mitos.

Bukan mitos dalam artian cerita khayalan atau dongeng pengantar tidur, melainkan mitos sebagai sebuah narasi besar yang mengisahkan asal-usul, jati diri, dan cita-cita luhur bangsa Indonesia.

Mitos dalam Pancasila adalah jiwa yang menghidupkan setiap sila, roh yang menggerakkan setiap tindakan, dan cahaya yang menerangi jalan menuju Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.

Mitos: Benang Merah yang Menyatukan Keragaman

Indonesia, negeri kepulauan yang membentang luas dari Sabang sampai Merauke, adalah rumah bagi beragam suku, agama, ras, dan budaya.

Di tengah kemajemukan yang begitu kaya, Pancasila hadir sebagai pemersatu, sebagai benang merah yang menjalin kebhinekaan menjadi sebuah harmoni yang indah.

Mitos dalam Pancasila berperan penting dalam menciptakan kesatuan di tengah keberagaman. Ia menanamkan kesadaran bahwa meskipun berbeda-beda, kita semua adalah satu, bersaudara, dan setanah air.

Mitos-mitos seperti kisah Garuda Pancasila, cerita rakyat dari berbagai daerah, dan perjuangan para pahlawan kemerdekaan, menumbuhkan rasa memiliki dan kebanggaan terhadap Indonesia.

Pancasila, Kristalisasi Nilai-Nilai Luhur Bangsa

Pancasila bukanlah dogma yang kaku dan statis, melainkan sebuah ideologi yang dinamis dan relevan sepanjang zaman. Ia lahir dari rahim bumi pertiwi, tumbuh dan berkembang bersama perjalanan bangsa Indonesia.

Pancasila adalah kristalisasi nilai-nilai luhur yang telah lama dipegang teguh oleh nenek moyang kita, seperti gotong royong, musyawarah mufakat, dan toleransi.

Mitos dalam Pancasila menjadi wadah bagi nilai-nilai luhur tersebut. Melalui cerita-cerita yang diwariskan secara turun-temurun, nilai-nilai Pancasila tertanam dalam alam bawah sadar setiap individu, membentuk karakter dan kepribadian bangsa Indonesia.

Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan landasan spiritual bagi bangsa Indonesia. Ia mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber dari segala sesuatu.

Mitos dalam sila pertama tercermin dalam keyakinan masyarakat Indonesia terhadap kekuatan supranatural, penghormatan terhadap leluhur, dan kepercayaan akan adanya kehidupan setelah kematian.

Berbagai upacara adat dan ritual keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, seperti upacara Kasada di Gunung Bromo, Ngaben di Bali, dan Tabuik di Pariaman, merupakan manifestasi dari mitos dalam sila pertama.

Upacara-upacara tersebut bukan sekadar tradisi kosong, melainkan sarat makna dan nilai-nilai spiritual yang memperkuat keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, mengajarkan kita untuk memperlakukan sesama manusia dengan adil dan bermartabat.

Mitos dalam sila kedua tercermin dalam nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia, seperti gotong royong, tolong menolong, dan rasa empati.

Cerita rakyat seperti Malin Kundang dan Timun Mas mengajarkan kita untuk berbakti kepada orang tua dan tidak bersikap tamak.

Sementara itu, legenda Roro Jonggrang dan Candi Prambanan mengisahkan tentang pengorbanan dan kesetiaan. Semua cerita tersebut sarat dengan pesan moral yang membentuk karakter humanis bangsa Indonesia.

Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

Sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia, menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Mitos dalam sila ketiga tercermin dalam semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Sumpah Pemuda tahun 1928, di mana para pemuda dari berbagai daerah bersumpah untuk bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, merupakan salah satu manifestasi dari mitos persatuan Indonesia.

Peristiwa tersebut menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.

Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Sila keempat Pancasila, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, mengajarkan kita untuk mengambil keputusan secara musyawarah mufakat.

Mitos dalam sila keempat tercermin dalam tradisi musyawarah yang telah lama dipraktikkan oleh masyarakat Indonesia, seperti musyawarah desa, rembug warga, dan musyawarah keluarga.

Tradisi musyawarah tersebut mengajarkan kita untuk menghargai pendapat orang lain, mencari solusi terbaik melalui diskusi, dan menghindari konflik.

Musyawarah mufakat merupakan cerminan dari demokrasi Pancasila yang menjunjung tinggi keadilan dan kebijaksanaan.

Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sila kelima Pancasila, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, merupakan cita-cita luhur bangsa Indonesia untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.

Mitos dalam sila kelima tercermin dalam nilai-nilai keadilan sosial yang dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia, seperti gotong royong, tolong menolong, dan kepedulian terhadap sesama.

Berbagai program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, seperti program bantuan sosial, program pendidikan gratis, dan program kesehatan masyarakat, merupakan wujud nyata dari upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila: Kompas Moral bagi Bangsa Indonesia

Di era globalisasi yang penuh tantangan ini, Pancasila tetap menjadi kompas moral bagi bangsa Indonesia. Ia membimbing kita untuk tetap berpegang teguh pada nilai-nilai luhur, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mewujudkan cita-cita kemerdekaan.

Mitos dalam Pancasila adalah sumber inspirasi dan motivasi bagi generasi penerus bangsa untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan, membangun Indonesia yang lebih baik, dan menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang hidup dan membumi.

Pancasila adalah anugerah terindah bagi bangsa Indonesia. Ia adalah jiwa, roh, dan cahaya yang menerangi jalan menuju Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.

Mitos dalam Pancasila menanamkan nilai-nilai luhur, memperkuat persatuan, dan membimbing kita untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan.

Marilah kita jaga dan lestarikan Pancasila, agar tetap menjadi kompas moral bagi bangsa Indonesia sepanjang masa.

Sumber:

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Notonagoro. 1975. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Yayasan Idayu.

Yudi Latif. 2011. Negara Paripurna: Historisitas,

Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait