Latar Belakang Terjadinya Perang Dunia II di Wilayah Asia

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Jejak Perang Dunia II di Papua
Ilustrasi - Jejak Perang Dunia II di Papua

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Angin puyuh peperangan yang mengguncang dunia pada pertengahan abad ke-20, tak hanya menyapu benua Eropa, namun juga menghantam Asia dengan dahsyatnya.

Di balik kobaran api dan dentuman meriam, tersembunyi ambisi kekuasaan, keputusasaan ekonomi, dan bara dendam yang telah lama membara.

Mari kita telusuri lorong waktu, menyingkap tabir sejarah untuk memahami latar belakang meletusnya Perang Dunia II di panggung Asia.

Kebangkitan Jepang, Mimpi Kekaisaran Matahari Terbit

Negeri Matahari Terbit, yang pernah terisolasi dari dunia luar, bangkit menjadi kekuatan industri modern di awal abad ke-20.

Namun, modernisasi ini diiringi oleh ambisi ekspansionis yang dibalut dengan semangat nasionalisme yang membara.

Jepang, bagaikan raksasa yang baru terbangun, merasa terkekang oleh keterbatasan sumber daya alam di kepulauannya.

Tatapan mereka pun tertuju pada wilayah Asia Timur yang kaya akan sumber daya, yang sebagian besar berada di bawah kendali kekuatan kolonial Barat.

Doktrin Hakko Ichiu: Asia di Bawah Satu Atap

Ambisi Jepang ini dibungkus dengan doktrin Hakko Ichiu, sebuah konsep yang mempromosikan persatuan Asia di bawah kepemimpinan Jepang.

Namun, di balik retorika persaudaraan Asia, tersimpan niat terselubung untuk mendominasi dan mengeksploitasi kekayaan alam negara-negara tetangga.

Doktrin ini menjadi pembenaran bagi agresi militer Jepang, yang dimulai dengan invasi Manchuria pada tahun 1931.

Krisis Ekonomi dan Politik: Tanah Subur bagi Militerisme

Depresi Besar yang melanda dunia pada tahun 1930-an turut memperparah kondisi di Jepang. Krisis ekonomi memicu ketidakpuasan sosial dan politik, yang dimanfaatkan oleh kelompok militer untuk memperkuat pengaruhnya.

Mereka menyerukan perlunya ekspansi militer untuk mengamankan sumber daya dan mengatasi krisis ekonomi.

Suara-suara moderat yang menyerukan perdamaian semakin terpinggirkan, sementara militer semakin berkuasa dan mengendalikan arah kebijakan negara.

Invasi Manchuria: Awal dari Agresi Jepang

Pada tahun 1931, Jepang melancarkan invasi ke Manchuria, sebuah wilayah di timur laut Cina yang kaya akan sumber daya alam. Insiden Mukden, sebuah peristiwa yang direkayasa oleh militer Jepang, menjadi dalih untuk memulai invasi ini.

Liga Bangsa-Bangsa, yang didirikan untuk menjaga perdamaian dunia, terbukti tak berdaya dalam menghadapi agresi Jepang.

Keberhasilan invasi Manchuria semakin mengobarkan semangat militerisme di Jepang dan mendorong mereka untuk melanjutkan ekspansi ke wilayah lain.

Perang Sino-Jepang Kedua: Konflik yang Membara

Agresi Jepang di Manchuria memicu perlawanan dari Cina, yang akhirnya berujung pada Perang Sino-Jepang Kedua pada tahun 1937.

Perang ini menjadi medan pembantaian yang brutal, di mana jutaan warga sipil Cina menjadi korban kekejaman tentara Jepang. Peristiwa seperti Pembantaian Nanking menjadi bukti kelam kebiadaban perang ini.

Perang Sino-Jepang Kedua juga menjadi ajang bagi Jepang untuk menguji kekuatan militernya dan mempersiapkan diri untuk ekspansi yang lebih luas di Asia Tenggara.

Ketegangan dengan Kekuatan Barat: Benturan Kepentingan

Ambisi Jepang di Asia Tenggara berbenturan dengan kepentingan kekuatan kolonial Barat, terutama Inggris, Prancis, dan Belanda.

Ketegangan semakin meningkat ketika Jepang bergabung dengan Pakta Tripartit bersama Jerman dan Italia pada tahun 1940, membentuk blok Poros yang menantang dominasi Sekutu.

Amerika Serikat, yang memiliki kepentingan ekonomi dan strategis di Asia Pasifik, mulai memberikan dukungan kepada Cina dan memberlakukan embargo ekonomi terhadap Jepang.

Embargo ini, yang bertujuan untuk menghambat mesin perang Jepang, justru memperkuat tekad Jepang untuk melancarkan serangan preemptif terhadap pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbor.

Serangan Pearl Harbor: Titik Balik Sejarah

Pada tanggal 7 Desember 1941, Jepang melancarkan serangan mendadak ke pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor, Hawaii.

Serangan ini menandai dimulainya Perang Pasifik dan secara resmi menyeret Amerika Serikat ke dalam kancah Perang Dunia II.

Serangan Pearl Harbor merupakan perhitungan yang salah dari Jepang, yang berharap dapat melumpuhkan kekuatan Amerika Serikat di Pasifik dan memberi mereka kebebasan untuk menaklukkan Asia Tenggara.

Namun, serangan ini justru membangkitkan amarah rakyat Amerika dan memicu tekad mereka untuk mengalahkan Jepang.

Perang Pasifik: Pertempuran Sengit di Samudra dan Daratan

Perang Pasifik menjadi medan pertempuran sengit antara Jepang dan Sekutu, terutama Amerika Serikat.

Pertempuran laut yang epik, seperti Pertempuran Midway dan Pertempuran Teluk Leyte, menjadi penentu dalam menggeser keseimbangan kekuatan di Pasifik.

Sementara itu, di daratan, pertempuran berdarah terjadi di berbagai pulau di Asia Tenggara, dari Filipina hingga Burma.

Perang Pasifik juga diwarnai dengan penggunaan senjata pemusnah massal, yang berpuncak pada pengeboman atom Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945.

Kekalahan Jepang menandai berakhirnya Perang Dunia II di Asia. Perang ini meninggalkan luka mendalam dan warisan sejarah yang kompleks.

Jutaan nyawa melayang, kota-kota hancur, dan perekonomian luluh lantak.

Namun, perang ini juga membawa perubahan besar bagi peta politik Asia. Kekuatan kolonial Barat melemah, sementara negara-negara Asia bangkit untuk meraih kemerdekaannya.

Perang Dunia II di Asia menjadi pengingat akan bahaya ambisi kekuasaan dan pentingnya perdamaian dunia.

Sumber:

Dower, John W. War Without Mercy: Race and Power in the Pacific War. New York: Pantheon Books, 1986.

Iriye, Akira. The Origins of the Second World War in Asia and the Pacific. London: Longman, 1987.

Peattie, Mark R. Nanjing: An Anatomy of an Atrocity. New York: Henry Holt and Company, 1997.

Spector, Ronald H. Eagle Against the Sun: The American War with Japan. New York: Free Press, 1985.

Toland, John. The Rising Sun: The Decline and Fall of the Japanese Empire, 1936-1945. New York: Random House, 1970.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait