Negara Kebangsaan Indonesia: Melampaui "Le Désir d'être Ensemble"

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi Bendera Indonesia.
Ilustrasi Bendera Indonesia.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di bawah langit Nusantara yang membentang, di antara untaian zamrud khatulistiwa, lahir sebuah negara yang bernama Indonesia. Negeri yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, sebuah momen bersejarah yang diukir dengan darah, keringat, dan air mata para pejuang bangsa.

Negara kebangsaan Indonesia, sebuah entitas politik yang dipersatukan bukan hanya oleh "le désir d'être ensemble" atau hasrat untuk bersama, melainkan oleh jalinan sejarah yang rumit dan kompleks, sebuah narasi yang terajut dari benang-benang perjuangan, semangat persatuan, dan cita-cita luhur.

"Le désir d'être ensemble", sebuah konsep yang dikemukakan oleh filsuf Perancis, Ernest Renan, menggambarkan hasrat kolektif suatu kelompok untuk hidup bersama dan membentuk sebuah bangsa. Namun, negara kebangsaan Indonesia tidak hanya terbentuk dari hasrat semata.

Ia lahir dari rahim perjuangan melawan penjajahan, sebuah perlawanan yang menyatukan berbagai suku, agama, dan golongan dalam satu barisan. Ia dibentuk oleh semangat persatuan yang terpatri dalam semboyan "Bhinneka Tunggal Ika", sebuah pengakuan atas keberagaman dalam kesatuan.

Ia dijiwai oleh cita-cita luhur untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sebuah impian yang tertuang dalam Pancasila, dasar negara Indonesia.

Jauh sebelum proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, Nusantara telah menjadi panggung bagi berbagai kerajaan dan kesultanan yang mewarnai sejarah bangsa.

Sriwijaya, Majapahit, Mataram, dan kerajaan-kerajaan lainnya, masing-masing meninggalkan jejak peradaban yang kaya dan beragam. Namun, kedatangan bangsa-bangsa Eropa pada abad ke-16 membawa perubahan besar bagi Nusantara.

Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris berlomba-lomba untuk menguasai kekayaan rempah-rempah dan sumber daya alam Nusantara. Penjajahan selama berabad-abad telah meninggalkan luka mendalam bagi bangsa Indonesia.

Namun, dari penderitaan dan penindasan, tumbuh semangat perlawanan yang tak terpadamkan.

Pada awal abad ke-20, semangat nasionalisme mulai berkobar di Nusantara. Para pemuda terpelajar, yang terinspirasi oleh gerakan kemerdekaan di negara-negara lain, mulai menggalang persatuan dan memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia.

Organisasi-organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Partai Nasional Indonesia menjadi wadah bagi aspirasi rakyat.

Tokoh-tokoh seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Tan Malaka menjadi pelopor perjuangan kemerdekaan.

Perjuangan bangsa Indonesia mencapai puncaknya pada masa pendudukan Jepang selama Perang Dunia II. Jepang, yang mengalahkan Belanda pada tahun 1942, awalnya disambut sebagai pembebas.

Namun, janji-janji kemerdekaan yang diberikan oleh Jepang ternyata hanya isapan jempol belaka. Rakyat Indonesia kembali merasakan penindasan dan eksploitasi di bawah kekuasaan Jepang.

Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II memberikan peluang bagi bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Proklamasi tersebut menjadi tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia, sebuah momen yang menandai lahirnya sebuah negara baru di panggung dunia.

Namun, perjuangan bangsa Indonesia tidak berhenti pada proklamasi kemerdekaan. Belanda, yang tidak rela kehilangan koloninya, berusaha untuk kembali menguasai Indonesia.

Agresi militer Belanda I dan II menjadi ujian berat bagi bangsa Indonesia yang baru saja merdeka. Namun, dengan semangat persatuan dan kegigihan, bangsa Indonesia berhasil mempertahankan kemerdekaannya.

Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada tahun 1949 menjadi babak baru dalam sejarah bangsa. Indonesia resmi menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.

Namun, tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia tidaklah mudah. Berbagai persoalan seperti kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan sosial masih membelenggu rakyat Indonesia.

Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Soekarno berupaya untuk membangun negara yang adil dan makmur. Berbagai program pembangunan diluncurkan, termasuk nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing dan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955.

Namun, kebijakan-kebijakan Soekarno yang cenderung otoriter dan anti-Barat menimbulkan ketidakpuasan di kalangan rakyat.

Pada tahun 1965, terjadi peristiwa G30S/PKI yang mengguncang Indonesia. Peristiwa tersebut menjadi awal dari pergantian rezim dari Soekarno ke Soeharto.

Soeharto, yang didukung oleh militer, menerapkan kebijakan-kebijakan yang berbeda dari Soekarno. Ia membuka pintu bagi investasi asing dan menjalin hubungan baik dengan negara-negara Barat.

Pemerintahan Orde Baru di bawah Soeharto berhasil menciptakan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Namun, kebijakan-kebijakan Soeharto yang represif dan korup menimbulkan ketidakpuasan di kalangan rakyat. Krisis ekonomi Asia pada tahun 1997 menjadi pemicu runtuhnya rezim Orde Baru.

Pada tahun 1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden. Indonesia memasuki era reformasi, sebuah era yang ditandai dengan kebebasan berpendapat dan demokratisasi.

Berbagai persoalan yang selama ini terpendam mulai muncul ke permukaan, termasuk masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Reformasi telah membawa perubahan besar bagi Indonesia. Namun, tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia masihlah besar.

Kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial masih menjadi persoalan yang harus diatasi. Selain itu, Indonesia juga dihadapkan pada ancaman terorisme dan radikalisme.

Negara kebangsaan Indonesia adalah sebuah karya besar yang dibangun oleh para pejuang bangsa. Ia adalah sebuah perwujudan dari cita-cita luhur untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Ia adalah sebuah bukti bahwa keberagaman bukanlah penghalang bagi persatuan. Ia adalah sebuah harapan bagi generasi mendatang untuk melanjutkan perjuangan membangun bangsa.

Negara kebangsaan Indonesia tidak hanya terbentuk dari "le désir d'être ensemble". Ia lahir dari rahim perjuangan, dibentuk oleh semangat persatuan, dan dijiwai oleh cita-cita luhur.

Ia adalah sebuah negara yang dibangun atas dasar sejarah, budaya, dan nilai-nilai luhur bangsa. Ia adalah sebuah negara yang akan terus berjuang untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Ia adalah Indonesia, sebuah negara yang kita cintai dan banggakan.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---