Presiden Joko Widodo dan ibu negara Iriana Joko Widodo mengenakan baju adat takwo saat memimpin upacara HUT RI ke-79 di IKN
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Untuk pertama kalinya, peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia tidak dilaksanakan di Jakarta. Tahun perayaan yang ke-79 ini, HUT RI dilangsungkan di Ibukota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
Upacara HUT RI ke-79 di IKN langsung dipimpin oleh Presiden Jokowi, yang mengenakan baju adat takwo khas Kutai, Kalimantan Timur. Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah, itu memang dikenal kerap mengenakan pakaian-pakain adat saat perayaan HUT RI.
Mengenal baju takwo
Sebagai informasi, baju adat takwo merupakan warisan Kesultanan Kutai. Dulu, hanya raja dan keturunannya yang boleh mengenakan baju kebesaran ini.
Baju adat Takwo yang dikenakan Jokowi dan ibu negara Iriana berwarna dominan hitam, terbuat dari kain beludru atau linen. Pada bagian kerah dan lengan terdapat ukiran emas. Bagian bawah Jokowi mengenakan celana panjang hitam dibalut kain motif batik. Sedangkan ibu negara mengenakan rok hitam dibalut kain batik.
Belakangan, mengutip Kompas.com, baju adat takwo juga digunakan untuk acara pernikahan oleh masyarakat adat Kalimantan Timur. Pada waktu kerajaan masih adat, pakaian Takwo ini tidak boleh dipakai oleh masyarakat biasa.
Baju takwo terbuat dari kain katun, linen, atau beludru. Baju takwo mirip jas tertutup, tetapi berleher tinggi. Pada bagian depannya ditambah sepotong kain yang disebut jelapah. Jelapah menutup bagian tengah dada dari bawah leher hingga pinggul. Dipadukan dengan kain panjang bermotif parang rusak yang sisinya diberi ornamen berupa rumbai-rumbai keemasan.
Bentuk baju Takwo hampir menyerupai pakaian Tionghoa, tapi berkerah tinggi. Bagian depan baju memakai jelapah, kiri dan kanan jelapah dipasang kancing yang jumlahnya lima pasang. Baju Takwo didesain polos tanpa pasmen dan ornamen. Bahan yang dipakai biasanya kain katun, nilon atau beludru.
Kain panjang tersebut dipakai hingga menutup mata kaki yang berumbai berlipat-lipat di bagian depan. Secara garis besar baju takwo untuk mempelai wanita dan pria sama, hanya saja untuk mempelai laki-laki bawahannya menggunakan celana panjang yang ditutup sebagian dengan kain panjang bermotif parang rusak.
Mengutip hasil penelitian Aji Nastiti Rizky Fiqriyah berjudul "Makna Pesan Baju Adat Kutai Miskat dan Takwo pada Masyarakat Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara" yang tayang di jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Lambung Mangkurat pada 2017, baju adat takwo terbagi menjadi tiga: takwo biasa, takwo sebelah, dan takwo kustin.
Sebagaimana fungsinya baju adat takwo dipakai untuk upacara adat khusus seperti Erau dan Perkawinan Adat. Baju adat takwo biasa adalah simbol dari perempuan Kutai, lalu takwo sebelah biasa dikenakan oleh pria Kutai, sementara takwo kustim biasanya dikenakan baik pria maupun wanita keturunan bangsawan Kutai.
Masih dari sumber yang sama, baju adat takwo bermakna “kebesaran”, sebagaimana dikatakan oleh seorang pangeran dari Kesultanan Kutai Kartanegara: “Baju takwo ini dahulu dikenakan oleh para Kerabat Kesultanan, baju ini artinya Baju Kebesaran Bangsawan Kutai, karena mewah, ada emas-emasnya, ada lambang-lambangnya. Untuk pangeran berbeda, untuk raden berbeda, untuk bambang berbeda.”
Informasi juga, takwo kustim berwarna hitam dengan menggunakan kain beludru maupun linen. Baju adat ini juga dilapisi dengan ukurian seperti bordir berwarna emas untuk menambahkan kesan mewah pada baju takwonya.
Ukurian ini disebut dengan buluh yang berarti ukiran emas. Untuk bagian bawah pada pakaian laki-lakinya mengenakan dodot bermotif batik yang hanya boleh dikenakan oleh seorang sultan atau pangeran.
Bagi perempuan, pada bagian bawahnya tetap menggunakan rok kurung yang disebut dengan tapeh bermotif batik dari Jawa. Hal ini dikarenakan mereka pendatang pertama yang sangatlah berpengaruh pada masa itu. Untuk aksesori tambahannya, baju adat Kutai Takwo ini ditambahkan dengan jubah atau pin bagi seorang keturunan dari kerajaan langsung maupun keturunan dari keluarga bangsawan.
Baca Juga: Sejarah Pakaian Adat Bali Wanita yang Dipakai di Pernikahan Mahalini
Takwo bukan satu-satunya
Yang juga harus kita tahu, baju takwo ternyata bukan satu-satunya baju adat khas Kalimantan Timur. Ada baju adat kustin, baju adat miskat, sarung samarinda, dan baju Kutai kuning.
- Pakaian Adat Kustin
Mengutip Kompas.com, baju adat kustin adalah baju adat khas Suku Kutai yang menjadi suku asli di provinsi ini. Kata Kustin sendiri berasal dari kata “kostum” yang memiliki arti kebesaran. Artinya pakaian Kustin bermakna pakaian kebesaran.
Masyarakat Suku Kutai memakai pakaian Kustin ini saat upacara pernikahan, dan dipakai oleh masyarakat golongan menengah ke atas. Saat mengenakan pakaian Kustin, kaum laki-laki akan dilengkapi dengan kopiah bundar setinggi 15 sentimeter berwarna emas yang diberi nama setorong.
Setorong dihiasi lambang berwujud wapen yang disesuaikan dengan strata sosial pemakainya. Baju atasan berbahan beludru warna hitam, dengan lengan panjang dan kerah tinggi. Celana yang dipakai adalah celana panjang warna sama dengan baju. Untuk kaum wanita, mereka akan memakai sanggul atau gelung kutai, yang bagian muka sanggul ditusuk kembang goyang dari logam bersepuh emas. Baju yang dikenakan sama, yaitu lengan panjang dan kerah tinggi.
- Baju miskat
Pakaian adat Miskat tampak seperti pakaian yang dikenakan masyarakat Tiongkok zaman dahulu. Saat ini, pakaian Miskat menjadi salah satu seragam wajib bagi Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Kalimantan Timur.
Pakaian Miskat untuk laki-laki berupa baju lengan panjang dilengkapi kancing dengan desain miring ke kanan. Bawahannya mengenakan celana panjang, serta dilengkapi kopiah atau penutup kepala. Secara umum pakaian yang dikenakan perempuan sama.
Bedanya terletak pada desain kancing yang miring ke kiri. Untuk bawahan, perempuan yang memakai pakaian Miskat akan mengenakan rok kurung panjang.
- Sarung Samarinda
Sarung Samarinda atau yang disebut dengan Tajong Samarinda merupakan kain tenun tradisional dari Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Konon, sarung ini dulunya dibawa oleh masyarakat dari suku Bugis, Sulawesi yang menetap di Kerajaan Kutai Kartanegara. Sarung Samarinda dibuat dengan alat tenun tradisional, yaitu sepenuhnya dikerjakan dengan tangan.
- Baju Kutai Kuning
Baju Kutai kuning merupakan baju pengantin yang juga disebut dengan nama Baju Anta Kusuma. Baju Anta Kusuma merupakan baju pengantin kebesaran kerajaan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Pada zaman dahulu, baju Kutai Kuning ini hanya boleh dipakai oleh golongan bangsawan, serta rakyat jelata dilarang memakainya. Sesuai dengan namanya, pakaian adat Kalimantan Timur ini berwarna dasar kuning dengan aksesoris berwarna keemasan.
Itulah sekilas tentang baju adat takwo, baju khas Kutai yang dikenakan Presiden Jokowi saat memimpin upacara HUT RI ke-79 di IKN, Kalimantan Timur.