Sejarah kue ulang tahun disebut berakar pada tradisi pemujaan masyarakat Yunani Kuno dan Mesir Kuno kepada Dewi Artemis. Disempurnakan oleh Jerman.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Belakangan ini di media sosial X ramai perihal kue ulang tahun. Ceritanya, ada seorang OB yang sedang ulang tahun dan membawa kue ulang tahunnya ke kantor tempat dia bekerja. Seperti terlihat di media sosial, kue ulang tahun itu berwarna hijau dengan aksen putih di tengahnya.
Niatnya, kue ulang tahun itu ingin dia bagikan kepada karyawan lain yang bekerja di sana. Tapi sayang, kue ulang tahun yang dibawa sang OB itu tetap utuh tak tersentuh di atas meja–bahkan sampai jam pulang tiba.
“Jadi ceritanya OB kantor ulang tahun, terus dia bawa kuenya buat bagi-bagian ke anak-anak kantor,” tulis akun Twitter @moktiar. Bahkan hingga pukul 11.00 kue ulang tahun yang dibawa OB itu masih utuh. “Kelar meeting jam 11, gue liat kuenya masih utuh,” tulisnya.
Dia kemudian merasa sedih karena tak ada satu pun yang mau mengambil kue ulang tahun itu. “Sedih banget, nggak ada yang mau ambil,” tulisnya. Tak butuh waktu lama, postingan itu mendapat respon yang begitu ramai.
Terlepas dari kabar viral itu, barangkali tak banyak dari kita yang tahu bagaimana sejarah kue ulang tahun. Benarkah ia dulunya adalah alat pemujaan orang Romawi kepada dewa-dewa mereka?
Menurut catatan All Recipes, sebagaimana dikutip dari Kompas.com, sebelum menjadi tradisi umum, kue ulang tahun ternyata sudah ada sejak zaman Yunani Kuno dan Mesir Kuno.
Dulu, orang Yunani Kuno selalu mengadakan perayaan atas nama Artemis, salah satu dewi Yunani yang merupakan dewi bulan, simbol kesucian dan perburuan. Saat merayakannya, orang-orang Yunani ini akan membuat kue berbentuk bulat dan menyalakan lilin di atasnya yang melambangkan bulan.
—
Siapa Dewi Artemis?
Mengutip NG Indonesia, Artemis adalah dewi perburuan, alam liar, kesucian. perawan dan hewan liar dalam mitologi Yunani kuno. Dia adalah putri Zeus, dewa langit, dan Leto, dewi keibuan. Saudara kembarnya adalah Apollo, dewa pengobatan, musik, dan puisi.
Artemis dan Apollo adalah saudara kembar, tetapi Artemis lahir satu hari lebih awal dari Apollo. Dia menjadi wali Apollo, yang menyebabkan sikap mengasuh dan protektifnya. Dia menghargai kepolosannya dan meminta Zeus untuk memberikan keperawanannya yang abadi, sesuatu yang akan menyebabkan kematian Orion dan Actaeon.
Sementara Artemis adalah dewi binatang, dia juga pelindung yang gagah berani dari orang-orang di sekitarnya, terutama orang tuanya, Zeus dan Leto. Artemis sering menjelma menjadi binatang untuk membunuh mereka yang berbuat salah. Artemis diberi hadiah termasuk busur perak dan anjing pemburu, dan dia sering digambarkan dengan barang-barang ini saat digambarkan.
Saat Artemis baru berusia tiga tahun, dia meminta Zeus untuk memberikan keperawanannya yang abadi. Artemis menghargai keperawanannya bahkan ketika dia menemukan persahabatan dengan orang lain, termasuk Orion.
Orion adalah putra Poseidon dan merupakan pemburu yang hebat. Orion dan Artemis menjadi teman baik dan sering berburu bersama. Persahabatan mereka terlihat romantis di mata penonton karena sering terlihat bersama.
Suatu malam, Orion dan Artemis pergi berburu dan menyalakan api setelah mereka selesai berburu. Mereka tertidur bersama ketika malam telah berakhir. Apollo memperhatikan asap dari api di hutan dan pergi untuk menyelidikinya.
Apollo mendatangi Artemis dan Orion, yang sedang tidur dan berbaring satu sama lain. Apollo marah karena Artemis akan mengingkari janjinya kepada Zeus bahwa dia menginginkan keperawanan abadi, jadi dia memutuskan bahwa Orion harus dibunuh.
Apollo mengirim kalajengking besar untuk membunuh Orion. Orion berusaha untuk membunuh kalajengking itu, tetapi dia tidak dapat menembus kulitnya yang tebal. Kalajengking mengejar Orion ke laut di mana Orion berusaha mengalahkan kalajengking.
Tidak yakin apakah Orion akan dibunuh oleh kalajengking, Apollo pergi ke Artemis dan berbohong. Apollo memberi tahu Artemis bahwa temannya, Opos, telah diperkosa oleh Candaon dan bahwa Candaon berusaha melarikan diri dengan berenang melalui laut menuju pulau terpencil.
Artemis sangat marah karena Candaon akan memperkosa temannya, jadi dia pergi ke laut di mana dia diberi tahu bahwa Candaon sedang berenang. Apollo menunjukkan kepada Artemis tempat Candaon sedang berenang tetapi tidak memberitahunya bahwa dia berbohong tentang siapa yang sedang berenang. Apollo terus berbohong dan mengatakan bahwa Candaon sedang berenang untuk menghindari amarahnya dan lolos dari apa yang telah dilakukannya.
Artemis tidak menyadari bahwa Candaon sebenarnya adalah temannya, Orion, yang berusaha melarikan diri dari seekor kalajengking. Artemis menggunakan busurnya untuk menarik kembali anak panah dan menembak Candaon karena memperkosa Opos. Setelah melepaskan tembakan mematikan dan mengenai kepala Candaon, Artemis pergi mengunjungi Opos untuk memberitahunya bahwa Candaon telah mati.
Saat Artemis mengunjungi Opos, dia terkejut dengan berita bahwa Candaon tidak memperkosanya. Faktanya, dia sama sekali tidak diperkosa dan baik-baik saja. Artemis kembali ke laut untuk melihat siapa yang telah dia bunuh ketika menyadari bahwa itu adalah Orion sahabatnya.
Orion mati karena panahnya, jadi Artemis membunuh kalajengking yang mengejarnya. Orion dan kalajengking ditempatkan di konstelasi di langit berdampingan. Konstelasi menampilkan Orion dikejar oleh kalajengking raksasa.
Kue yang dibentuk bulat dianggap mewakili bentuk bulan purnama, sedangkan lilin melambangkan cahaya dari bulan yang menyinari Bumi di malam hari. Kebiasaan orang Yunani melakukan ritual tersebut, diyakini berasal dari orang-orang Mesir.
Orang Mesir melakukan tradisi dengan membuat kue untuk upacara penobatan firaun. Bagi orang Mesir kuno, penobatan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan seorang firaun yang bagi budaya mereka dianggap sebagai dewa. Karena itulah tradisi penobatan firaun pasti dirayakan secara luas. Orang Yunani kemudian 'meminjam' gagasan tentang perayaan besar untuk menghormati seseorang atau dewa.
—
Kembali ke sola kue ulang tahun…
Meskipun begitu, sejarah bagaimana ulang tahun menjadi 'perayaan' dengan kue telah dimulai jauh setelahnya. Tradisi kue ulang tahun ini diperkirakan berasal dari Jerman pada sekitar 1400-1500 Masehi.
Kinderfest di Jerman adalah perayaan untuk anak-anak–berasal kata 'kinder' yang dalam bahasa Jerman berarti anak-anak. Dahulu kala, orang Jerman meyakini bahwa anak-anak sangat rentan terhadap bahaya yang mungkin timbul dari setan atau roh jahat yang bisa menimpa pada hari ulang tahun mereka.
Karena itulah kue dengan lilin disiapkan di pagi hari. Saat lilin padam, maka segera diganti dengan lilin yang lain. Ritual ini berlangsung hingga malam hari, ketika anak akhirnya disuruh meniup semua lilin sekaligus.
Praktik ini diyakini masyarakat Jerman di masa lalu untuk membantu menyampaikan keinginan atau harapan anak kepada tuhan. Lalu, meniup lilin saat hari ulang tahun mereka melambangkan sebuah keinginan dan harapan agar hubungan anak dengan tuhan menjadi lebih kuat.
Lantas, bagaimana tradisi kue ulang tahun dan lilin bisa menyebar ke seluruh dunia?
Hal ini tidak terlepas dari perjalanan bangsa Eropa ke berbagai tempat di penjuru dunia. Pada akhir tahun 1600-an, orang Jerman dan Eropa bermigrasi ke Amerika, dan membawa kue serta bentuk perayaan ke dunia baru.
Zaman kolonialisme pun mencapai puncaknya pada tahun 1600-an, yang kemudian berkontribusi pada penyebaran praktik perayaan ulang tahun dengan makan kue dan tiup lilin ke seluruh penjuru dunia, seperti ke Afrika, Asia Barat, Asia, dan tempat lain di dunia.