Intisari-Online.com – Minimnya perawatan akibat sengketa yang tak kunjung henti telah membuat gereja yang dibangun di atas makam Yesus yang berusia hampir 2.000 tahun di Jerusalem mengalami kerusakan parah.
Sejak dibangun pada abad pertengahan, gereja yang menaungi goa yang menjadi makam Yesus itu sudah menarik jutaan peziarah.
Alhasil, gedung yang ramai dihiasi ukiran dinding itu kini kotor dilapisi jelaga, hasil pembakaran lilin, pelita, dan berbagai persembahan yang dibakar.
Para arkeolog mengatakan, telah ditemukan bukti bahwa goa yang ada di dalam gereja itu adalah tempat jasad Yesus dimakamkan.
Tempat pemujaan yang disebut Edicule itu berada di dalam sebuah kompleks besar yang dikenal dengan nama Holy Sepulchre atau Makam Suci.
Di tempat ini terdapat berbagai bangunan abad pertengahan, sepeti sejumlah kapel, makam para prajurit Perang Salib, dan hal-hal lainnya.
Tempat pemujaan di gereja itu bukanlah satu-satunya. Para arkeolog meyakini terdapat tiga tempat pemujaan lain, dua di antaranya hancur dalam perang.
Pekerjaan perbaikan saat ini adalah yang pertama kali dilakukan sejak tempat itu dibangun kembali pada 1810 setelah terbakar.
Proyek restorasi bernilai 4,5 juta dollar AS itu diperkirakan akan berlangsung paling lama 12 bulan dan para ahli akan memasukkan pasak dari bahan titanium untuk memperkuat struktur bangunan.
Tak hanya soal biaya yang menunda restorasi ini. Penyebab lainnya adalah sengketa antara berbagai faksi Kristen yang semua mengklaim kepemilikan atas makam tersebut.
Kini, setelah semua hambatan teratasi, para pakar Universitas Teknik Nasional di Athena, Yunani, akhirnya memulai pekerjaan mereka.
Drone diterbangkan di dalam ruangan luas di Holy Sepulchre untuk mengambil gambar goa makam dan kubah gereja itu dari berbagai sudut.
Foto-foto yang dihasilkan mengungkap adanya retakan dalam struktur batuan bangunan kuno tersebut.
"Kami memutuskan bahwa tempat ini membutuhkan renovasi, jadi kami menyetujui hal tersebut," kata Samuel Aghoyan, petinggi Gereja Armenia Jerusalem, kepada Associated Press.
Adapun biarawan Katolik dari ordo Fransiskan, Athanasius Macora, mengatakan, sengketa di antara berbagai sekte Kristen telah membuat pemeliharaan bangunan itu tertunda selama 200 tahun.
"Secara pribadi, saya ingin adanya restorasi bangunan saat ini. Namun, status quo di sini sangat konservatif sehingga kami harus menerima bahwa tak akan ada perubahan struktur dan akan direstorasi seperti bentuknya saat ini," ujar Macora.
Sementara itu, para ahli dari Yunani itu berjanji situs bersejarah tersebut tetap bisa dinimati turis meski sedang diperbaiki.
(kompas.com)