Tanpa Makna, Hidup Bagaikan Lembaran Kertas Kosong

K. Tatik Wardayati

Editor

Tanpa Makna, Hidup Bagaikan Lembaran Kertas Kosong
Tanpa Makna, Hidup Bagaikan Lembaran Kertas Kosong

Intisari-Online.com – Menjelang hari raya, seorang ayah membeli beberapa gulung kertas kado. Putrinya yang masih kecil, masih balita, meminta satu gulung.

“Untuk apa?” tanya sang ayah.

“Untuk kado, mau kasih hadiah.” jawab si kecil.

“Jangan dibuang-buang ya,” pesan si ayah, sambil memberikan satu gulungan kecil.

Persis pada hari raya, pagi-pagi benar, si kecil sudah bangun dan membangunkan ayahnya, “Pa, Pa ada hadiah untuk Papa.”

Sang ayah yang masih bermalas-malasan, matanya pun belum melek, menjawab, “Sudahlah nanti saja.”

Tetapi si kecil pantang menyerah, “Pa, Pa, bangun Pa, sudah siang.”

“Ah, kamu gimana sih, pagi-pagi sudah bangunin Papa.”

Ia mengenali kertas kado yang pernah ia berikan kepada anaknya. “Hadiah apa nih?”

“Hadiah hari raya untuk Papa. Buka dong Pa, buka sekarang.”

Dan sang ayah pun membuka bingkisan itu. Ternyata di dalamnya hanya sebuah kotak kosong.Tidak berisi apa pun juga. “Ah, kamu bisa saja. Bingkisannya kok kosong.Buang-buang kertas kado Papa. ‘Kan mahal?”

Si kecil menjawab,”Nggak Pa, nggak kosong. Tadi, Putri masukin begitu banyak ciuman untuk Papa.”

Sang ayah terharu, ia mengangkat anaknya. Dipeluknya, diciumnya. “Putri, Papa belum pernah menerima hadiah seindah ini. Papa akan selalu menyimpan kotak ini. Papa akan bawa ke kantor dan sekali-sekali kalau perlu ciuman Putri, Papa akan mengambil satu. Nanti kalau kosong diisi lagi ya!”

Kotak kosong yang sesaat sebelumnya dianggap tidak berisi, tidak memiliki nilai apa pun, tiba-tiba terisi, tiba-tiba memiliki nilai yang begitu tinggi. Apa yang terjadi?

Kendati kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata sang ayah, di mata orang lain tetap juga tidak memiliki nilai apa pun. Orang lain akan tetap menganggapnya kotak kosong.

Kosong bagi seseorang bisa dianggap penuh oleh orang lain. Sebaliknya, penuh bagi seseorang bisa dianggap kosong oleh orang lain. Kosong dan penuh, keduanya merupakan produk dari “pikiran” kita sendiri.

Sebagaimana kita memandang hidup kita, demikianlah kehidupan kita. Hidup menjadi berarti, bermakna, karena kita memberikan arti kepadanya, memberikan makna kepadanya.

Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan arti, hidup ini ibaran lembaran kertas yang kosong. (BMSPS)