Intisari-Online.com – Hari itu Dito berangkat dengan sederet rencana. Apa mau dikata, lalu-lintas pagi itu benar-benar kejam. Ia baru tiba di lokasi proyek tempatnya bekerja pukul 08.30. Tergesa-gesa ia menyambar helm dan lari ke site. Dari kejauhan tampak Pak Bram, penyelianya, sedang serius berdiskusi dengan para insinyur dan teknisi. Rupanya ada masalah dengan mesin pengaduk beton.
“Ke mana saja kau siang-siang begini baru muncul? Bla bla bla ……,” Pak Bram langsung berkicau. Asyik, pagi-pagi sudah kena semprot. Padahal kemarin soal mesin itu sudah ia cek dengan subkontraktor, dan oke. Proses pengecoran akhirnya dimulai dua jam terlambat.
Malamnya, bertepatan dengan hari Valentine, Dito sudah punya kencan dengan Gadis, pacarnya. Mereka akan bertemu dan melewatkan waktu bersama di sebuah café. Hitung-hitung sekalian merayakan satu tahun hubungan mereka. Apa mau dikata, ketika sedang bersiap-siap akan pulang, Pak Bram mengajak ngobrol soal sebuah proyek lain, yang sebetulnya tidak mendesak. Dito terlambat 1 jam lebih saat melangkahkan kaki masuk ke café. Kini saatnya meminta maaf dan menghangatkan kembali “gunung es” yang amat dicintainya itu.
Mengatasi hal-hal di luar dugaan memang realita kehidupan, yang hanya dapat diatasi dengan tindakan yang efektif. Mahaguru manajemen Peter Drucker pernah mengatakan, keefektifan itu terbangun dari kebiasaan, sehingga dapat dilatih. Karena kehidupan pun menuntut pengelolaan yang efektif, bagaimana kalau kita pinjam kelima tips tersebut?
Lima tips efektif, yaitu: menggunakan waktu secara cerdas; fokuskan diri pada hasil yang diharapkan; pusatkan diri pada kekuatan, bukan kelemahan; tentukan prioritas; dan ambil keputusan yang efektif. (LW – Intisari Maret 2013)