Intisari-Online.com – Alkisah, ada seorang pria tua yang tinggal di sebuah kota. Ia memiliki teman yang sangat baik, yang dikenal bijaksana. Untungnya, atau mungkin tidak beruntungnya, ia juga memiliki istri yang muda dan cantik.
Pria tua dan istrinya yang muda itu memiliki seorang anak laki-laki. Pria itu sangat mencintai anak laki-lakinya. Suatu hari ia berpikir, “Saya telah belajar bahwa istri yang muda dan cantik tidak selalu bisa dipercaya. Ketika saya mati, saya yakin ia akan menikah dengan pria lain, dan bersama-sama mereka akan menyia-nyiakan kekayaan saya yang telah bekerja keras untuk itu. Kemudian, tak kan ada yang tersisa untuk anakku yang diwarisi dari ibunya. Jadi, saya akan melalukan sesuatu untuk menjamin warisan yang layak untuk anak saya. Saya akan mengubur kekayaan saya untuk melindungi untuk anak saya.”
Kemudian, ia memanggil pembantunya yang paling setia. Bersama-sama mereka membawa semua kekayaan orang tua itu jauh ke dalam hutan dan menguburkannya. Ia mengatakan, “Pembantuku, saya tahu kamu taat dan setia. Setelah aku mati, kau harus memberikan harta ini untuk anak saya. Tetap rahasia sampai saat ini. Ketika kau memberikan harta ini padanya, sarankan pada anakku untuk menggunakannya dengan bijak dan murah hati.”
Tak lama, orang tua itu meninggal. Beberapa tahun kemudian, anaknya menyelesaikan pendidikannya. Ia kembali ke rumah untuk mengambil tempatnya sebagai kepala keluarga. Ibunya mengatakan kepadanya, “Anakku, rasanya ada yang mencurigakan, ayahmu pasti telah menyembunyikan kekayaannya. Saya yakin, pembantu yang setia itu, tahu di mana menyimpannya. Tanyakan padanya untuk menunjukkannya. Kemudian kau bisa menikah dan menghidupi seluruh keluargamu.”
Maka anak itu pergi ke pembantu yang setia dan bertanya apakah ia tahu di mana ayahnya telah menyembunyikan kekayaannya. Pembantu itu mengatakan kepadanya bahwa harta itu dikubur di hutan, dan ia tahu tempat yang tepat.
Kemudian mereka berdua membawa keranjang dan sekop ke dalam hutan. Ketika mereka tiba di tempat harta karun itu dikubur, tiba-tiba pembantu yang setia itu menjadi sombong karena betapa pentingnya ia. Meskipun ia hanya seorang pembantu, ia memiliki kekuatan menjadi satu-satunya yang mengetahui rahasia itu. Ia mengatakan kepada anak itu, “Kau hanya anak dari seorang gadis pelayan! Dari mana kau akan mewarisi hartanya?”
Anak itu tidak berbicara lagi dengan pembantu ayahnya itu. Ia bingung. Akhirnya mereka kembali pulang dengan tangan hampa. Perilaku aneh ini berulang kali terjadi. Anak itu berpikir, “Di rumah, pembantu itu bersedia mengungkapkan rahasia harta karun itu. Tapi ketika kita pergi ke hutan membawa keranjang dan sekop, ia tidak lagi bersedia mengatakannya. Saya bertanya-tanya mengapa ia berubah pikiran.”
Ia memutuskan untuk bertanya kepada teman ayahnya yang bijak. Maka ia pun pergi kepadanya dan menceritakan apa yang telah terjadi.
Orang tua yang bijak itu berkata, “Pergilah lagi dengan pembantu ayahmu ke dalam hutan. Perhatikan di mana ia berdiri ketika ia mengajakmu, dan pasti akan dilakukannya. Kemudian suruhlah ia pergi dengan mengatakan, ‘Kau tidak memiliki hak untuk berbicara kepada saya seperti itu. Tinggalkan saya.’ Lalu, gali tanah di tempat itu, dan kau akan menemukan warisanmu. Pembantu ayahmu itu orang yang lemah. Karena itu, ketika ia merasa mendapatkan sedikit kekuatannya, ia mengubahnya menjadi pelecehan.”
Anak itu mengikuti saran orang tua yang bijak itu. Benar saja, ia menemukan harta karun. Seperti yang diharapkan ayahnya, ia menggunakan kekayaannya untuk kepentingan orang banyak.