Tidak Ada Gunanya Menjadi Pengikut Bila Tidak Mendengarkan Sarannya

K. Tatik Wardayati

Editor

Tidak Ada Gunanya Menjadi Pengikut Bila Tidak Mendengarkan Sarannya
Tidak Ada Gunanya Menjadi Pengikut Bila Tidak Mendengarkan Sarannya

Intisari-Online.com – Sekali waktu, ada seorang guru yang banyak bermeditasi dan mengembangkan pikirannya. Secara bertahap ketenarannya tersebar. Mereka yang ingin dibimbing oleh seorang bijak datang untuk mendengarnya. Mengingat apa yang dia dikatakan memang bijaksana, 500 orang memutuskan untuk menjadi pengikutnya. Salah satu dari 500 orang ini, yang menganggap ajarannya menjadi bijaksana, adalah seorang pecinta hewan peliharaan tertentu. Bahkan, ia mencintai semua hewan peliharaan sehingga tidak ada hewan yang tidak ingin ia pelihara.

Suatu hari ada seekor ular berbisa yang lucu, yang sedang mencari makanan. Ia memutuskan untuk memeliharanya. Lalu, ia membuat sangkar dari bambu kecil yang menjaganya saat ia harus ditinggalkan sendirian. Para pengikut yang lain menyebut ular kecil itu sebagai “bambu”. Karena ia sangat menyukai hewan peliharaan, maka pemuda itu disebut sebagai “bapak bambu”.

Tak lama, Guru mendengar bahwa salah satu pengikutnya memiliki ular berbisa sebagai hewan peliharaannya. Ia memanggil pengikutinya itu dan bertanya apakah ini benar. Pengikutnya mengatakan, “Ya, Tuan, saya mencintainya seperti anak saya sendiri!”

Guru bijak berkata, "Tidak aman bila hidup dengan ular berbisa. Oleh karena itu, saya menyarankan Anda untuk membiarkan ular itu pergi, demi kebaikan Anda sendiri." Tapi pengikutnya itu mengira ia lebih tahu. Dia menjawab, "Si kecil ini adalah anak saya. Ia tidak akan menggigit saya. Saya tidak bisa melepaskannya dan membiarkannya hidup sendirian!”

Guru memperingatkannya lagi, "Dan pasti, si kecil ini akan menjadi sumber kematian Anda!” Tapi pengikutnya ini tidak mengindahkan peringatan Gurunya.

Kemudian, semua 500 pengikut dan Gurunya melanjutkan perjalanan untuk mengumpulkan buah-buahan segar. Si pencinta binatang membawa “anak”nya di sangkar bambu.

Karena ada banyak buah-buahan untuk mengumpulkan, mereka kembali tidak lama. Pencinta hewan itu menyadari bahwa ular kecilnya belum makan sepanjang waktu ia pergi. Maka, ia membuka kandang untuk membiarkan ular itu keluar untuk mencari makanan. Tapi ketika tangannya masuk ke dalam, “anak” itu menggigit tangannya. Karena merasa diabaikan, ular kecil itu marah dan lapar. Karena ia hanya ular, ia tidak tahu apa-apa tentang racun.

Tapi, pecinta hewan seharusnya tahu lebih baik. Apalagi, ia sudah diperingatkan sebelumnya oleh Sang Guru yang dianggapnya bijaksana. Dalam beberapa menit setelah digigit, pecinta hewan itu pun menghembuskan napas terakhir.

Tidak ada gunanya mengikuti seorang Guru, jika kita tidak mendengarkan apa yang dikatakannya.