Hendriyadi Bahtiar; dari Relawan untuk Kemajuan Indonesia (2)

K. Tatik Wardayati

Editor

Hendriyadi Bahtiar; dari Relawan untuk Kemajuan Indonesia (2)
Hendriyadi Bahtiar; dari Relawan untuk Kemajuan Indonesia (2)

Intisari-Online.com – Siapa saja dan apa saja yang dilakukannya bisa menginspirasi orang lain atau sebagai cermin bagi orang lain. Tulisan inspirati Hendriyadi Bahtiar; dari Relawan untuk Kemajuan Indonesia ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 2015, yang ditulis oleh Gita Laras Widyaningrum.

--

“Saya takut jika hanya dijadikan sambilan nantinya malah tidak kepegang. Saya melihat Sahabat Pulau sebagai tanggung jawab yang harus saya jalani sebaik-baiknya. Kalau sampai tidak berkelanjutan semuanya akan sia-sia,” papar Hendri.

Dari relawan untuk relawan

Ada banyak cara untuk memajukan pendidikan Indonesia, namun Hendri memilih untuk membangun sebuah komunitas. Mengapa? Dengan komunitas, Hendri merasa ia bisa merangkul banyak anak muda karena sifatnya yang lebih santai. Dalam sebuah komunitas, setiap relawan memiliki kesempatan yang sama dalam mengungkapkanpendapat. Lebih bebas, lebih lepas.

Salah satu indikator keberhasilan Sahabat Pulau menurutnya adalah jika bisa menggaet anak muda lokal untuk bersama-sama membangun rumah baca yang ada di setiap pulau. Bahkan, Hendri berharap pemuda lokal nantinya juga membangun rumah baca baru di daerahnya masing-masing sehingga akan semakin banyak rumah baca yang dibangun dan semakin banyak pula anak-anak yang mendapat pengetahuan.

Sebisa mungkin Hendri merangkul pemuda lokal untuk menyebarkan semangat volunteering. “Virusnya harus disebarkan secepat mungkin,” ujar pria yang ditemui di Sekret Sahabat Pulau di Kelapa Dua Sasak, Jakarta Barat. Hendri yakin bahwa potensi pemuda lokal itu sangat luar biasa. Dengan memberdayakan pemuda dan memanfaatkan energi mereka, ia yakin masalah-masalah pendidikan di Indonesia nantinya bisa diselesaikan dan masa depan yang cerah bagi anak-anak bisa tercapai.

Selain itu, acuan sukses lainnya ketika relawan-relawan Sahabat Pulau bisa mendapat kesempatan yang sama seperti dirinya. Bisa mengikuti pertukaran pelajar, mendapat beasiswa dan mengikuti program-program kepemudaan sehingga rasa percaya diri mereka terbangun dan berani bermimpi. Menurut Hendri, sejak 2013 hingga 2015 sudah banyak relawan Sahabat Pulau yang akhirnya ikut pertukaran pelajar ke Kanada dan Tiongkok.

Mengusung nama “Sahabat Pulau”, Hendri mengajak pemuda lokal untuk menjalin persahabatan layaknya saudara kandung. Bagi relawan dari daerah yang baru mengunjungi Jakarta pun bisa tinggal sementara di Sekret Sahabat Pulau. Dan bagi para relawan yang membutuhkan informasi pertukaran pelajar atau beasiswa, maka relawan yang pernah mengikuti program tersebut, seperti Hendri misalnya, siap memberikan pembinaan. “Apapun yang dibutuhkan, bisa bilang ke kami” tuturnya.

Dari relawan untuk pemberdayaan wanita

Saat mengajar anak-anak di Pulau Pahawang, seorang ibu yang sedang mengantarkan anaknya membisikkan sesuatu di telinga Hendri. Rupanya, sang ibu yang selama ini hanya melihat dari jauh ketika anaknya belajar di rumah baca, ingin juga ikut terlibat dan mendapat pengetahuan baru. “Dik, kapan dong, ibu-ibunya ikut diajarin?”, begitu kira-kira perkataan yang dibisikkan si ibu. Hendri pun bingung. Selama ini program-program yang dirancangnya memang hanya untuk pendidikan anak-anak dan pemuda lokal saja, tidak pernah untuk para orangtua.

Tak ingin mengabaikan permintaan ibu tersebut, ia berdiskusi dengan tim Sahabat Pulau. Musyawarah dengan warga pun diselenggarakan. Dari hasil diskusi itu diketahui bahwa ibu-ibu di pesisir Pahawang ternyata jago masak. Maka, muncullah ide untuk membangun sosial bisnis dengan memberdayakan ekonomi ibu-ibu di titik sasaran Sahabat Pulau. “Ketika ibu-ibu pendapatannya meningkat, pasti mereka juga bisa mendukung pemenuhan gizi dan pendidikan anak-anaknya,” kata Hendri. Menurutnya, ibu-ibu juga harus memiliki peran di lingkungannya.

Tahun 2014, muncul produk-produk makanan hasil masakan ibu-ibu di daerah terpencil itu. Dari mulai abon ikan sehat, kripik ikan, hingga rengginang dan sagon bakar. Produk tersebut dijajakan di tempat-tempat wisata daerah asal, di kampus-kampus dan juga dipasarkan di Jakarta. Saat ini, Hendri sedang membuat replikasinya di Banten untuk memudahkan distribusi. Karena jika harus terus-terusan mengambil barang dari Sulawesi Selatan atau Lampung memerlukan waktu dan biaya tambahan.

Selain meningkatkan pendapatan ibu-ibu di sana, adanya bisnis sosial ini juga digunakan sebagai kaki agar kegiatan sosial Sahabat Pulau tetap berjalan. Selama ini, program dan kegiatan di Sahabat Pulau cenderung meggunakan biaya sendiri (self funded). Pendapatan dari bisnis sosial akan digunakan untuk pemberdayaan (generate income) dan satu kaki lainnya untuk menopang kegiatan sosial seperti membangun rumah baca di daerah lain sehingga semakin banyak anak-anak yang dibantu.

Sekali Layar Terkembang, Tak Boleh Mundur

Meskipun sangat mencintai dunia relawan, ada kalanya Hendriyadi Bahtiar merasa malas ikut kegiatan Sahabat Pulau ketika sedang bad mood. Namun, setiap mengalami hal tersebut, Hendri selalu mengingat budaya leluhurnya, yakni budaya siri (rasa malu dan harga diri). Ibaratnya, sekali layar terkembang maka tak boleh mundur. Ketika sudah memulai, maka harus bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Tidak boleh berhenti dan menyerah.

Alasan lain, demi menjalankan amanah salah satu relawan yang baru saja meninggal. Dari temannya itu, Hendri belajar tentang keikhlasan menjadi seorang relawan. Bahwa menjadi seorang relawan merupakan panggilan jiwa dan tanggung jawab sosial yang harus dijalani. Hendri ingat, di halaman terakhir buku harian temannya itu, tertulis “Sekali hidup, hiduplah yang berarti”. Kalimat tersebut menggetarkan hati Hendri dan memantapkan kembali tujuannya membangun Sahabat Pulau. “Jadi ketika lagi down, saya inget harus melanjutkan semangat relawannya dia,” ujar Hendri.

Cara lain untuk mengembalikan semangat relawannya adalah dengan “kabur” ke rumah baca di pesisir Indonesia yang menjadi titik sasaran Sahabat Pulau. Jalan-jalan ke pulau sambil bercengkrama dengan warga lokal selalu memberikan energi baru bagi Hendri.