Ibu Di Mata Mereka

Gandhi Suryanata

Editor

Ibu Di Mata Mereka
Ibu Di Mata Mereka

Ibu, pendek kata namun luas maknanya. Begitu pentingnya seorang Ibu bagi dunia, hingga kata tersebut memiliki tempat istimewa di hati setiap orang di dunia. Budaya patriarkat boleh berbicara kekuasaan di tangan laki-laki. Dalam hal ini makna bapak selalu dikaitkan dengan penghormatan dan kuasa. Namun itu semua hanya sebatas pada status dan gelar saja.

Bagaimana dengan Ibu? Kata Ibu identik dengan naungan yang hangat dan kasih yang tak terbatas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tengoklah kata ibu dan Anda akan menemukan banyak pemaknaan dari Ibu, seperti "Ibu kota", "Ibu pertiwi", juga "ibu jari". Tidak akan pernah Anda menemukan "Bapak kota" atau "Bapak pertiwi". Bagitulah istimewanya seorang Ibu, sehingga ia memiliki tempat paling spesial di kalbu setiap insan di dunia.

Buku Ibu Di Mata Mereka inimenghadirkan kisah-kisah yang berisikan ungkapan-ungkapan kenangan akan ibu dari tokoh-tokoh Indonesia. Addie MS sebagai seorang konduktor dari Twilite Orkestra menggambarkan sosok seorang ibu sebagai penyeimbang dari karakter ayah. Bagi Ade Rai, sosok ayah digambarkan sebagai penyulut api dan ibu sebgai penyiram api. Sosok seorang ibu bagi seorang novelis Andrea Hirata adalah guru yang mengajarkan takwa kepada yang Esa dan menganggap pendidikan dasar dari ibu melebihi tingkat S2. Bagi Irma Hardisurya, seorang ibu adalah sosok panutan yang mengajarkan berbagai hal dari disiplin waktu hingga budi pekerti. Bagi seorang menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Linda Amalia Sari Gumelar, S. Ip., sosok ibu adalah Dewa: Ia tegar, tegas, dan mumpuni.

Masih banyak tokoh-tokoh masyarakat yang mengungkapkan makna Ibu menurut persepsi mereka dalam buku ini. Ada pianis Aisha Ariadna Pletsher, cendekiawan Anies Baswedan, novelis Ayu Utami, penyanyi Delon Thamrin, ilmuwan Ilham Habibie, pengusaha Martha Tilaar, balerina Maya Tamara, presenter Farhan, penyanyi Rossa, perancang busana Samuel Wattimena, pengusaha Sandiaga Salahuddin Uno, pendidik Seto Mulyadi, pengusaha Suryani Sidik Motik, serta komedian Tukul Reynaldi.

Buku ini ditulis oleh Yatie Asfan Lubis, mantan wartawati majalah Femina (1979 - 1995), program manager dari Ani Sumadi Production House (1995 - 2000), dan penyiar prime time program di Radio Delta FM (2000 - 2005).

Ibu