Intisari-Online.com - Salah satu tren terbaru dalam dunia kuliner adalah private dining. Di sini, bukan Anda yang datang ke restoran, tapi chef yang akan datang ke tempat Anda untuk memasak langsung di kediaman Anda. Hidangan premium ala Eropa akan tersaji dengan keintiman yang berbeda.
Salah satu yang mengusung itu adalah Good for Eats (G48), besutan Chef Fernando Sindu dan Chef Ivan Wibowo. Konsep hidangan yang disodorkan Ivan Wibowo dan Fernando Sindu yang bernuansa masakan Barat tentu memberikan tantangan tersendiri ketika disajikan di Indonesia, terutama masalah ketersediaan bahan baku.
Sesungguhnya, seperti diungkapkan Ivan, makanan Barat adalah makanan yang simpel, namun dengan bahan yang terbaik.
Dari yang simpel itu, bahan mentahnya sudah bagus, jadi makanan yang dibuat menghasilkan citarasa sempurna. “Contohnya ikan. Hanya dengan bumbu garam dan merica kemudian dipanggang, diberi saus Bernaise atau Hollandaise, sudah enak sekali,” kata Ivan.
Indonesia beriklim tropis cenderung panas, penanganan ikan yang kurang baik akan menghilangkan citarasa ikan. Ikan impor juga sudah lama dalam keadaan beku sehingga tidak akan sesegar jika dimasak di negara asalnya.
Menurut Fernando, sebenarnya bahan lokal itu cukup bagus, yang menjadi masalah adalah cara memperlakukan bahan tersebut. “Mungkin ditanam dan dipanen dengan bagus, tapi ketika sampai ke konsumen sudah tidak begitu bagus, mungkin karena penanganan pengiriman yang tidak tepat,” kata Fernando.
Selain itu, harga bahan impor yang mahal tak urung membuat Ivan dan Fernando harus cermat menghitung anggaran untuk menunya.
Seperti misalnya, celeriac. Bahan makanan umbi ini bisa seharga Rp250.000 per buahnya. Sedangkan di Inggris, satu poundsterling (sekitar Rp15.000) bisa dapat tiga biji.
“Kalau mau memakai bahan yang mahal seperti itu, jadi mikir dua kali, harga untuk makanan jadi berapa? Itu kendala yang sering muncul. Kualitas juga biasanya sudah menurun, karena kesegarannya sudah berkurang selama shipping ke Indonesia,” papar Ivan.