Intisari-Online.com - Namanya mungkin belum setenar empal gentong atau nasi jamblang. Padahal, makanan khas Cirebon ini termasuk khas. Jadi, sempatkan menyantapnya manakala singgah di kota udang ini.
Nama docang sendiri merupakan singkatan dari bodo alias bungkil dan kacang yang menjadi bahan utama kudapan ini. Sejarah docang tak lepas dari perjalanan penyebaran agama Islam di tanah Cirebon.
Alkisah, di zaman para wali, ada seorang pangeran dari Kesultanan Cirebon yang tidak menyukai aktivitas penyebaran agama Islam di wilayahnya. Ia berniat menyingkirkan para wali. Suatu ketika, saat para penyebar agama itu berkumpul di Masjid Agung Cirebon, muncul ide jahat dari sang pangeran untuk meracuni mereka. Racikan makanan itu berupa tempe bongkrek atau tempe bungkil dan dibubuhi racun.
Anehnya, para wali yang menyantap makanan tidak celaka dan justru menyukainya. Cerita ini pun tersiar luas di kalangan rakyat Cirebon dan membuat docang sangat populer. Kudapan ini biasanya identik dengan perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW.
Jika penasaran dengan rasa docang, silakan datangi Warung Docang Bu Wiwi, yang berlokasi di Jalan Kosambi Raya, tidak jauh dari Stasiun Keretaapi Parujakan. Kedai bongkar pasang milik pasangan Otong dan Wiwi ini berjualan sejak tahun 1980-an.
Jika datang ke warung ini jangan kemalaman. Meski sejatinya buka mulai pukul 18.00 dan tutup pukul 03.00, sering pukul 21,00 sudah harus tutup karena semua dagangan sudah habis.
Dari segi tampilan, docang mirip lontong sayur. Isinya tauge, rajangan daun singkong rebus, lontong, dan taburan parutan kelapa di atas kuah kental berwarna kemerah-merahan. Tak ketinggalan kerupuk yang khusus didatangkan dari Kecamatan Plered, Cirebon.
Rahasia kenikmatan docang adalah kuah rebusan dage atau kacang bungkil. Rasanya gurih menggugah selera. Di Warung Docang Bu Wiwi ini, dage ini melimpah ruah dalam setiap porsinya. Tujuannya tak cuma agar rasa gurih berlipat, namun juga wangi rebusan dage merebak.
Kuah docang yang gurih dan pedas serasi dengan potongan lontong yang lembut. Lontong di warung ini begitu spesial karena wangi. Kemudian keberadaan sayur singkong dan tauge akan memberi cita rasa segar. Daun singkong dan tauge yang direbus setengah matang membuat teksturnya tidak layu. Saat dikunyah masih ada rasa krenyes-krenyes.
O ya, docangini enaknya dimakan dalam keadaan panas. (Surtan Siahaan/Tabloid Kontan)
Warung Docang Bu WiwiJalan Kosambi Raya, Kosambi CirebonKoordinat GPS: S6o72,562' - E108o56,003'