Intisari-Online.com - Jawa Timur terkenal sebagai penghasil pecel. Ada pecel madiun, pecel ponorogo, pecel blitar, pecel kediri, dan masih banyak lagi. Sebagai makanan rakyat Jawa Timur, di Surabaya Anda tak akan kesulitan mencari makanan ini karena memang penjualnya banyak sekali. Mulai dari kelas pinggir jalan sampai rumah makan.
Meskipun namanya sama, pecel ternyata punya banyak versi. Inilah keunikannya. Bahan yang digunakan boleh sama, namun setiap daerah punya ciri khas sendiri. Misalnya, pecel ponorogo berbeda dengan pecel madiun.
Ada beberapa warung pecel kondang di Surabaya. Sebut saja Pecel Bu Kus dan Pecel Ketabang Kali. Namun untuk kali ini kita coba Pecel Ketabang Kali dulu. Nama sebenarnya adalah Pecel Ponorogo Boejatin. Disebut Pecel Ketabang Kali karena lokasinya berada di Jin. Ketabang Kali.
Setiap hari warung ini selalu ramai. Ramainya pembeli tak lepas dari lokasinya yang sangat menguntungkan, yakni di kawasan pusat kota Surabaya, dekat Kantor Walikota, DPRD, WTC, hotel, dan dekat pusat perbelanjaan. Tak hanya pagi hari, siang atau sore pun warung ini selalu ramai. Sajiannya tidak saja cocok untuk sarapan tapi juga nikmat disantap siang atau sore hari.
Boejatin, atau Bu Yatin, pemilik warung, menuturkan, dirinya hanya meneruskan usaha ibunya, Ny. Mistirah (alm.), yang berjualan ecel sejak tahun 1950. Awal berjualan saat itu di depanGarden Hotel, lalu tahun 1982 pindah di depan gedung DPRD. "Langganan saya tukang becak, jualan masih pakai tampah (nampan anyaman bambu)," tuturnya.
Nyatanya, pelanggan terus bertambah, hingga akhirnya di tahun 1990 warung pecel ini menetap di Jln. Ketabang Kali sampai sekarang. Meneruskan warung orangtua temyata tidak mudah sebab Bu Yatin harus bisa menjaga kualitas rasa agar pelanggan tetap setia. Maklum, rasa pecel sangat ditentukan oleh kepiawaian tangan meracik bumbu.
"Rasanya harus pas. Kalau tidak, pembeli tidak mau kembali lagi," tuturnya.
Seporsi Pecel Ketabang Kali terdiri atas banyak sayuran, seperti bayam, kubis (kol), sawi, kacang panjang, taoge, tidak lupa kembang turi dan krai rebus (bendoyo), ditambah lalapan kemangi, mentimun, dan biji lamtoro. Sedangkan bumbunya ada dua macam, yaitu pedas dan anyep (tidak pedas). Rasanya khas, ada asin, manis, dan pedas.
"Kalau ingin pedasnya sedang, tinggal campur sajasambal anyep sama pedas," katanya. Agar kacangnya tetap terasa, sebagian kacang tidak digiling tapi ditumbuk. "Sedikit kasar, biar terasa kacangnya," ungkapnya.
Dalam penyajiannya, rebusan beraneka sayuran ditambah lalapan segar, lalu disiram bumbu kacang. Agar pengunjungnya puas, di meja tersedia pula aneka goreng-gorengan sebagai teman makan pecel. Mulai dari tempe goreng, telur ceplok, dadar jagung, ayam goreng, sate puyuh, empal, dan paru goreng. Peyeknya pun ada tiga jenis, yaitu peyek udang, teri, dan kacang. Semuanya menambah afdol rasa pecel yang sudah mantep.
Setiap hari, Bu Yatin bisa menjual paling tidak 400 porsi. Di hari libur malah bisa sampai dua kali lipatnya. Meskipun Bu Yatin sudah memiliki 16 orang karyawan, setiap hari ia masih menyempatkan meladeni pembeli. Ini juga bagian dari pelayanan warung ini. "Jangan sampai melayani sambil cemberut, nanti pembeli enggak balik lagi," kata perempuan murah senyum ini. Pelayanannya ramah, pecelnya enak. Pas. (Ana/Koes/Wisata Jajan Surayaba)
Pecel Ponorogo Ketabang KaliJln. KetabangKali (dekat Hotel Garden Palace)Telp. (031) 5483184Buka tiap hari pukul 05.00-20.00