Ini Arti Semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Semboyan 'ing ngarsa sung tulodo, ing madya jmangun karsa, tut wuri handayani' diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara dan sekarang jadi semangat pendidikan Indonesia.
Semboyan 'ing ngarsa sung tulodo, ing madya jmangun karsa, tut wuri handayani' diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara dan sekarang jadi semangat pendidikan Indonesia.

Semboyan 'ing ngarsa sung tulodo, ing madya jmangun karsa, tut wuri handayani' diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara dan sekarang jadi semangat pendidikan Indonesia.

Intisari-Online.com -Berbicara tentang Ki Hajar Dewantara dan pendidikan Indonesia, rasanya tak bisa dipisahkan dengan semboyan ini.

"Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani".

Lalu apa arti semboyan ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karsa, tut wuri handayani?

Kita tahu, semboyan itu memang dicetuskan oleh tokoh pendidikan Indonesia sekaligus Pahlawan Nasional Ki Hajar Dewantara.

Tak hanya tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara juga disebut sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.

Ki Hajar sangat identik dengan Taman Siswa, lembaga pendidikan yang dia dirikan.

Saat mendirikan Taman Siswa, Ki Hajar punya tiga semboyan.

Semboyan itu berasal dari kata-kata bahasa Jawa.

Yaitu:

"Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani".

Ing ngarsa sung tulada, artinya dari depan, seorang pendidik harus memberikan teladan yang baik.

Ia dapat diartikan:sebagai seorang pemimpin, harus memiliki sikap serta perilaku yang patut untuk menjadi di contoh oleh pengikutnya.

Ing madya mangun karsa,artinyadari tengah, seorang pendidik harus dapat menciptakan prakarsa atau ide.

Ia dapat diartikan sebagai:seorang pemimpin juga harus bisa berada di tengah-tengah untuk dapat membangkitkan atau membentuk niat para pengikutnya untuk terus maju dan melakukan inovasi.

Tut wuri handayani, artinyadari belakang, seorang pendidik harus bisa memberi arahan.

Ia dapat diartikan sebagai:seorang pemimpin jika berada di belakang harus dapat memberikan motivasi serta dorongan untuk semangat kerja bagi para pengikutnya.

Lalu bagaimana jika dibedah per kata?

Ing Ngarsa Sung Tulada

Ing ngarsa sung tulada, yang jika diuraikan satu persatu terdiri atas kata ing yang berarti "di", ngarsa yang berarti "depan", sung berarti "jadi", dan tulada yang merupakan "contoh" atau "panutan".

Artinya:"di depan menjadi contoh atau panutan".

Ini artinya, seorang guru, pengajar, atau pemimpin harus bisa memberikan contoh serta panutan kepada orang lain di sekitarnya saat ia berada di depan.

Ing Madya Mangun Karsa

Ing artinya "di", madya memiliki arti "tengah", sedangkan mangun berarti "membangun" atau "memberikan", dan karsa memiliki arti "kemauan", "semangat", atau "niat".

Jika digabungkan, semboyan ing madya mangun karsa memiliki arti yaitu "di tengah memberi atau membangun semangat, niat, maupun kemauan".

Semboyan ing madya mangun karsa memiliki makna bahwa ketika guru atau pengajar berada di tengah-tengah orang lain maupun muridnya, guru harus bisa membangkitkan atau membangun niat, kemauan, dan semangat dalam diri orang lain di sekitarnya.

Tut Wuri Handayani

Kalau semboyan ketiga yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu tut wuri handayani mungkin sudah tidak asing, nih, bagi teman-teman.

Coba teman-teman perhatikan lambang pendidikan nasional yang ada di topi maupun dasi yang teman-teman gunakan setiap hari.

Di bagian atas lambang pendidikan nasional tersebut, ada tulisan tut wuri handayani yang juga merupakan semboyan ketiga yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara.

Kata tut wuri dapat diartikan sebagai "di belakang" atau "mengikuti dari belakang" dan handayani yang berarti "memberikan dorongan" atau "semangat".

Bisa diartikan tut wuri handayani memiliki arti "di belakang memberikan semangat atau dorongan".

Makna dari semboyan ketiga ini berarti ketika berada di belakang, pengajar atau guru harus bisa memberikan semangat maupun dorongan kepada para muridnya.

Dari tiga semboyan yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara, semuanya masih digunakan sebagai pedoman para guru bahkan salah satunya digunakan untuk semboyan pendidikan di Indonesia.

Artikel Terkait