Intisari-Online.com -Kondisi aktual kota-kota besar di negara-negara Selatan, seperti Indonesia, yang padat penduduk, masihlah menunjukkan tatanannya yang serba chaotic. Kemacetan, kebakaran, krisis air bersih, kriminalitas, keterasingan, dan lautan karbon, adalah permasalahan yang menggambarkan kondisi kota. Singkatnya, sejujurnya dengan beberapa indikator yang dideret tadi, kota tersebut sudah tidak lagi manusiawi. Sudah tidak layak huni.
Namun, bagi beberapa pihak, mengutuki kebobrokan kota adalah suatu sikap yang tak kalah memuakkan dengan kebobrokan itu sendiri. Mereka lebih suka memutar otak, menggodok konsep, berdialog, membangun jaringan, dan melakukan aksi nyata, untuk mengatasi persoalan itu. Maka, kini banyak bermunculan berbagai gerakan, dengan skala yang beragam, untuk memanusiawikan kota. Salah satunya adalah adalah apa yang diusung dalam konsep Ecocity.
Konsep ecocity digagas dalam sebuah forum yang menamakan dirinya International Forum on Globalization (IFG). Kelompok ini memprakarsai proses perumusan berbagai alternatif atas berbagai dampak buruk model globalisasi korporasi saat ini. Problem perkotaan tidak luput dari keprihatinan mereka.
Ecocity merupakan prototipe kota masa depan. Konsep ini dicetuskan sebagai upaya untuk mengontrol sejumlah persoalan yang disebabkan desain tata kota yang serba “semrawut” tidak karuan (haphazard “sprawel”). Misalnya, terkait dengan sistem-sistem transportasi utama, dan sejumlah persoalan lingkungan dan sosial lainnya. Jarak itu tentu saja mengakibatkan jarak rute transportasi kian menjauh. Untuk menempuhnya, banyak orang yang kemudian menggunakan mobil pribadi. Lebih jauh lagi, kesemrawutan itu juga memisahkan fungsi-fungsi kehidupan. Misalnya saja, antara rumah dengan tempat kerja yang berjarak hingga sekitar 30 km. Demikian pula tempat-tempat perbelanjaan yang terpusat di suatu tempat lain yang sama jauhnya. Juga tempat-tempat umum tempat warga kota bisa saling berinteraksi, sangat jarang ditemukan.
Dalam jangka panjang, kiranya akan lebih bermanfaat jika orang mulai mengurangi ketergantungan terhadap mobil pribadi. Atau mendesain ulang tata lingkungan perkotaan. Dengan begitu, mereka tidak lagi disesaki bentangan “gedung-gedung pencakar langit”.
Ecocity sebenarnya menawarkan banyak ide baru untuk mengubah tata kota yang semrawut. Cara yang bisa ditempuh misalnya melalui pembaharuan jalur kereta, pembukaan jalur baru bagi bus dan pengendara sepeda. Ini memungkinkan masyarakat terbebas dari ketergantungan pada mobil pribadi.
Tujuan akhir ecocity dalam transportasi kota adalah memperpendek jarak perjalanan orang dalam bepergian. Dengan begitu, masyarakat bakal punya lebih banyak waktu untuk hal-hal yang lebih produktif dan kegiatan rekreatif. (A Better World is Possible)